Kamis, 30 April 2020

Petunjuk Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi


PEMILIHAN JURUSAN
DI PERGURUAN TINGGI
           
Beberapa para orang tua mungkin saja akan mengalami hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan putra-putrinya. Terutama setiap kali menghadapi tahun ajaran baru, banyak diantara para orang tua yang ikut merasakan pusingnya dalam menentukan jurusan bagi putra putrinya. Terutama bagi yang sudah menginjak kelas 3 SMA. Meskipun mereka sudah lulus Ujian Nasional dengan hasil gemilang masih banyak tantangan yang  menghadang kita seperti merencanakan dan menentukan langkah selanjutnya.  Apakah mau masuk perguruan tinggi, apakah masuk program S1, atau D3 serta jurusan apa yang dipilih, dsb. Mungkin beberapa diantaranya ada yang sudah mengetahui apa bakat dan minatnya dan terbiasa mengambil  keputusan sendiri, sehingga tidak banyak mengalami kendala dalam memilih jurusan.
Yang sering menjadi permasalahan adalah banyak siswa SMA yang sulit mengambil keputusan karena  tidak tahu apa bakat dan minatnya, dan banyak yang belum menemukan potensi  dirinya, sehingga agak kesulitan ketika harus memilih  jurusan dan perguruan tinggi. Belum lagi gaya ikut-ikutan teman agar ketika  kuliah sudah memiliki teman yang telah dikenal, atau juga karena mengikuti  pacar. Diantara orang tua ada pula yang  mencoba memaksakan anak memilih jurusan yang diingnkannya, bukan kemauan dan  minat anaknya. Tentu saja kondisi seperti ini akan memberi dampak pada keputusan anak itu sendiri. Mereka akan semakin bingung, di satu sisi tidak mempunyai minat, tetapi di sisi lain keinginan orang tua yang tidak sejalan.
Sebenarnya pandangan ini perlu ditinjau ulang karena memilih suatu  jurusan bukanlah persoalan yang mudah. Dalam memilih jurusan, siswa perlu  memperhitungkan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat,  kepribadian, dll. Salah memilih jurusan punya dampak yang signifikan terhadap kehidupan anak di masa mendatang. Apa saja dampaknya ?

Problem  Psikologis.
            Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan,  merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan  kemauan/pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu  akan sulit dicerna otak karena sudah ada blocking emosi. Kesal, marah,  sebal, sedih, itu semua akhirnya memblokir efektivitas kerja otak dan  menghambat motivasi. 
            Memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minat diri juga punya dampak  psikologis, yakni menurunnya daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi dan menurunnya daya juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, masalah semakin  bertambah, bisa menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan. 

Problem Akademis.
            Yang bisa terjadi jika salah mengambil  pilihan, seperti prestasi yang tidak optimal, banyak mengulang mata kuliah  yang berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi,  kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar,  dan buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah  memilih jurusan bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran.  Kalau makin sering tidak masuk kuliah, makin sulit memahami materi, makin  tidak suka dengan perkuliahannya akhirnya makin sering bolos. Padahal,  tingkat kehadiran mempengaruhi nilai.

Problem Relasional.
            Salah memilih  jurusan, membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak  mampu menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan,  ia pun merasa minder karena merasa dirinya bodoh, dsb hingga dia menjaga  jarak dengan teman lain, makin pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih  senang mengurung diri di kamar, takut bergaul karena takut kekurangannya  diketahui, dsb. Atau, anak bisa jadi agresif karena kompensasi dari  inferioritas di pelajaran. Karena dia merasa kurang di pelajaran, maka dia  berusaha tampil hebat di lingkungan sosial dengan cara misalnya: mendominasi, mengintimidasi anak yang dianggap lebih pandai, dsb.

Bagaimana Memilih  Jurusan Agar Tepat?
            Memilih jurusan pada dasarnya merupakan sebuah proses  yang sudah dimulai sejak masa anak-anak. Kesempatan, stimulasi, pengalaman  apa saja yang diberikan pada anak sejak kecil secara optimum dan konsisten,  itu akan menjadi bekal, modal dan fondasi minat dan bakatnya. Makin banyak  dan luas exposure-nya, makin anak tahu banyak tentang dirinya, tapi makin  sedikit exposure nya, makin sedikit juga pengetahuan anak tentang dirinya.  Menurut Gunadi et al (2007), ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan  dalam melakukan pemilihan jurusan agar jurusan yang dipilih tepat, yaitu:  Mencari informasi secara detil mengenai jurusan yang diminati. Sebelum  memilih jurusan, hendaknya anak punya informasi yang luas dan detil, mulai  dari ilmunya, mata kuliahnya, praktek lapangan, dosen, universitasnya,  komunitas sosialnya, kegiatan kampusnya, biaya, alternative profesi kerja,  kualitas alumninya, dsb. Menyadari bahwa jurusan yang dipilih hanya merupakan  salah satu anak tangga awal dari dari proses pencapaian karir.  Anak perlu  tahu realitanya, bahwa jurusan yang dipilih tidak menjamin kesuksesan masa  depannya. Jangan dikira bahwa dengan kuliah di jurusan tersebut maka  hidupnya kelak pasti sukses seperti yang di iklankan.
            Alangkah baiknya jika  orang tua bisa membantu anak mencari informasi mengenai sekolah-sekolah yang  berkualitas dan membiarkan anak melihat plus minusnya secara kongkrit.  Diskusikan secara terbuka faktor apa saja yang jadi potensi kendala dan  bagaimana strategi solusinya. Dengan demikian, akan tercipta komunikasi yang  terbuka dan positif, anak merasakan dukungan dan komitmen orang tua,  sehingga anak pun diharapkan tergugah untuk menjaga komitmen dan  keseriusannya terhadap pilihan studinya. Mengoptimalkan peran social network  Punya banyak teman dan luasnya jaringan sosial bisa memberikan keuntungan  positif. Baik orang tua maupun anak bisa saling bertukar informasi dengan yang lain mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pilihan studi. Kalau  mencari sendiri butuh waktu yang lama, maka kalau saling bertukar informasi,  tentu akan lebih efektif dan efisien. Namun yang perlu diingat adalah bahwa  orang tua tetap harus obyektif dan rasional, karena salah-salah jadi mudah  terpengaruh dan terikut pendapat orang yang belum tentu benar. Yang kita  cari adalah informasi faktual bukan gossip-nya. Tak dapat dipungkiri bahwa  untuk memilih suatu jurusan dibutuhkan pertimbangan yang matang serta  kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri. Seiring dengan  eksplorasi minat dan bakat, anak pun perlu di arahkan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas pilihannya. Anak perlu diajarkan untuk mandiri  dan mampu memotivasi diri sendiri, disiplin, dan serius belajar sebagai  perwujudan dari komitmen atas pilihan hidupnya. Jika menjumpai kendala,  tidak mudah putus asa apalagi berhenti di tengah jalan atau ganti haluan. .   
            Dipastikan saja, bahwa pilihan anak bukanlah karena ambisi orang tua, atau  karena kecemasan dan cara berpikir yang keliru dalam mempersepsi masa depan  anak. Misalnya, anak memilih jurusan sastra karena mampu dan sesuai minat,  tapi tidak disetujui orang tua karena menurut mereka, akan susah cari kerja.  Orang tua perlu memastikan saja, apa motivasi anak memilih jurusan yang dia  inginkan. Mengajak anak menganalisa motivasi dan alasan, akan lebih  menguntungkan karena anak akan mencoba menerapkan cara berpikir analitis  yang serupa ketika memilih dan memilah jurusan yang lain. Ajak anak untuk  mencari contoh kongkrit (orang yang sudah lebih dahulu kuliah dan atau  kerja) dari dampak salah memilih karena sebab-sebab tertentu, misalnya :  pengaruh teman, suruhan orang tua, asumsi yang keliru.

LANGKAH-LANGKAH DALAM MENENTUKAN JURUSAN :

1.         Kenali minat dan bakat. Tetapkan keinginan Anda terhadap jurusan tertentu, tapi harus Anda sesuaikan dengan minat kemampuan Anda. Misalnya ketika SMA Anda tidak terlalu menyukai pelajaran kimia, maka jangan sekali-sekali memilih jurusan Teknik Kimia, Ilmu Kimia atau Kedokteran Umum. Usahakan mensejajarkan antara minat dan keinginan Anda, misalnya karena Anda suka akan kreatifitas dan seni, maka ada baiknya Anda memilih jurusan Arsitektur, Desain Grafis, Desain komunikasi Visual atau Desain Interior, karena di sana skill Anda akan lebih digali dan diarahkan.
2.         Berpikir Realistis. Anda harus berpikir realistis. Jangan terlalu idealis. Tanpa bermaksud mendeskreditkan jurusan-jurusan tertentu, ketika Anda sangat menyukai seni berpuisi atau tertarik dengan kajian-kajian islam, Anda tidak perlu serta merta kemudian memilih jurusan sastra Indonesia atau sastra Arab. Namun Anda bisa menjalankan ketertarikan Anda tersebut di luar banku kuliah, misalnya mengikuti komunitas bahasa atau kajian-kajian islam di universitas. Mengapa? Karena lapangan pekerjaan sejenis jurusan-jurusan tersebut, sangat sulit diperoleh. Bukankah tujuan Anda kuliah adalah untuk memperoleh pekerjaan?
3.         Kenali Pesaing. Mengenali pesaing dapat Anda lakukan melalui try-out yang sering diadakan oleh beberapa lembaga belajar di kota Anda. Setelah itu ukur tingkat persaingan dengan perbandingan minat terhadap fakultas di perguruan tinggi terkait, yang bisa Anda peroleh dari guru sekolah atau guru bimbingan belajar. Misalnya, Arsitektur UGM daya tampung 40 orang dengan peminat 1600 orang, berarti Anda harus menganyingkirkan 40 orang pesaing untuk bisa diterima disana.  Perhatikan daya tampung suatu jurusan di perguruan tinggi favorit. Pada umumnya memiliki kuantitas yang terbatas dan diperebutkan oleh banyak orang. Jangan membebani diri anda dengan target untuk berkuliah di tempat tertentu dengan jurusan tertentu yang favorit. Anda bisa stres jika kehendak anda tidak terpenuhi. Buat banyak pilihan tempat kuliah beserta jurusannya.
4.         Pahami Jejaring Perguruan Tinggi Tujuan (Campuss Networking). Carilah informasi lebih jauh tentang jejaring kampus tujuan Anda, apakah ia memiliki link khusus dengan suatu perusahaan tertentu? apakan lulusannya punya jaringan kuat di perusahaan-perusahaan besar ? Misalnya Freeport banyak merekrut mahasiswa lulusan geologi dari Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta, PT. Astra International kebanyakan merekrut mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Univesitas Pajajaran ( Unpad ) Bandung atau Perusahaan Swasta Asing yang cenderung merekrut mahasiswa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), dsb.
5.         Lokasi dan Biaya.    Bagi orang yang hidup dalam ekonomi atas, memilih jurusan tidak akan menjadi masalah. Biaya yang nantinya harus ditanggung dapat diselesaikan dengan mudah baik dari pengeluaran studi, biaya hidup, lokasi tempat tinggal, dan lain sebagainya. Bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, lokasi dan biaya merupakan masalah yang sangat diperhitungkan. Jika dana yang ada terbatas maka pilihlah lokasi kuliah yang dekat dengan tempat tinggal atau lokasi luar kota yang memiliki biaya hidup yang rendah. Pilih juga tempat kuliah yang biaya pendidikan tidak terlalu tinggi. Jika dana yang ada nanti belum mencukupi, maka carilah beasiswa, keringanan, pekerjaan paruh waktu atau sponsor. Jangan jadikan pula uang sebagai faktor penghambat masa depan anda.
6.         Tren. Tren yang dimaksud di sini bukan tren lapangan kerja saat ini, tepi tren lapangan kerja 5 sampai 10 tahun kedepan. Kemampuan membaca tren 5-10 tahun kedepan Anda perlu miliki atau setidaknya minta pertimbangan orang tua atau guru Anda. Tren ini dipergunakan untuk memprediksi lapangan pekerjaan apa yang akan booming atau naik daun setelah Anda lulus kuliah nanti, sehingga diharapkan Anda akan mudah mencari pekerjaan. Misalnya, ketika tahun 1995/1996, dimana bisnis property tengah booming, banyak siswa SMA memilih jurusan-jurusan sektor riil seperti teknik arsitektur/teknik sipil. Namun apa yang terjadi 5 tahun kemudian? Krisis moneter yang dimulai pada tahun 1998 memporakporandakan sektor riil yang berdampak pada banyaknya perusahaan property yang gulung tikar. Dimana imbas yang dirasakan ketika itu adalah banyaknya mahasiswa lulusan Teknik Arsitektur/Teknik Sipil yang sulit mencari pekerjaan. Walaupun, saat ini kondisi sudah kembali normal. Jurusan yang tidak mengenal ‘tren sesaat’ namun sekaligus juga ketat persaingannya ketika Anda mencari pekerjaan adalah jurusan-jurusan ‘netral’ seperti Ekonomi, Hukum, Fisip, Informatika dan Geologi.
Memilih secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan segala aspek akan berakibat fatal mulai dari kesadaran yang terlambat bahwa jurusan yang diambil tidak sesuai dengan kepribadian sampai pada drop out (DO) atau dikeluarkannya seorang mahasiswa-mahasiswi karena dinyatakan tidak mampu mengikuti pendidikan yang diikutinya

Sumber:Buku Solusi Bedah Soal dan Materi Komplet UN (Yogyakarta: Andi Offset)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia, mengalami proses menurut hukum waktu yang satu sama lain tidak sama cepat atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan sebagainya, akan tetapi bagaimanapun juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang bersifat integral sebagai manusia seutuhnya.
Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Perubahan kualitatif tersebut sering disebut dengan perkembangan, sedangkan perubahan kuantitatif sering disebut dengan pertumbuhan. Persoalan yang menjadi topik bahasan psikologi adalah perubahan kualitatif atau perkembangan, sebab hal itu terkait dengan fungsi struktur kejiwaan yang kompleks beserta dinamika prosesnya, meskipun disadari bahwa pertumbuhan fisik sedikit banyak berkorelasi dengan perkembangan psikis.

B.       Rumusan Masalah
Sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah, sebagai berikut:
1.         Apa pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan manusia?
2.         Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan dalam prespektif Islam?
3.         Bagaimana periodesasi pertumbuhan dan perkembangan manusia?
4.         Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia?
5.         Bagaimana dalil al-Qur’an yang menjelaskan tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia?

C.      Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan dari makalah, di antaranya:
1.         Untuk mengetahui pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan manusia?
2.         Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam prespektif Islam?
3.         Untuk mengetahui periodesasi pertumbuhan dan perkembangan manusia?
4.         Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia?
5.         Untuk mengetahui dalil al-Qur’an yang menjelaskan tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia?

6.          
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan
Sejak dimulainya kehidupan pada saat pembuahan, yaitu pada saat bertemunya ovum (sel telur) dan spermatosoid (sperma laki-laki), organisme selalu menunjukkan perubahan yang teratur dan semakin lama semakin menunjukkan kesempurnaannya, khususnya setelah lahir. Terjadinya perubahan pada organisme itu, yang selanjutnya diistilahkan dengan “pertumbuhan” (growth) dan “perkembangan” (development), dimungkinkan karena adanya interaksi antara faktor kemampuan dasar dan kemampuan yang diperoleh hasil belajar atau pengaruh lingkungan.[1]
Perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti  mekar terbuka atau membentang ; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya.[2]Menurut Rohmalina Wahab, perkembangan adalah proses atau tahapan perubahan yang meliputi aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian ke arah yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini berpusat pada penyempurnaan psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang terrefleksikan dari tingkah laku dan perbuatan.[3]
C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Menurut A.E. Sinolungan, pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh. Sedangkan Ahmad Thonthowi mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran sebagai akibat dari adanya perbanyakan sel-sel.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya.[4] Adapun perkembangan dapat dipahami sebagai proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan intreaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak.[5]

B.       Pertumbuhan dan Perkembangan dalam Perspektif Islam
Dalam pandangan ajaran Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, dalam arti tidak memiliki pengetahuan apapun. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW, bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوُ مَجِّسَانِهِ) رواه مسلم(
Artinya :
“Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrohnya (bakatnya orang tualah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi)”. (H.R Muslim)
Hadits di atas menyatakan, bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan فِطْرَةِ fitrah atau memiliki sifat pembawaan yang ada sejak lahir. Fitrah atau sifat bawaan anak manusia ini dipahami oleh para ahli antara lain sebagai kesucian dan kecenderungan beragama/memeluk Islam, yang pada dasarnya setiap anak berpotensi menjadi seorang muslim, dan potensi ini akan menjadi kenyataan apabila kedua orangtua dan lingkungan mendidiknya secara Islami.
Jadi, pembawaan atau hereditas berperan sangat penting dalam menentukan perkembangan dan masa depan manusia apabila didukung lingkungan yang sesuai dengan potensi mereka.


C.      Periodesasi Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara garis besar terdapat empat dasar pembagian fase-fase perkembangan, di antaranya[6]:
1.      Periodesasi perkembangan berdasarkan ciri-ciri biologis
Perkembangan ini didasarkan pada gejala-gejala perubahan fisik anak, atau didasarkan atas proses biologis tertentu. Periodesasi ini dikemukakan oleh:
a.       Aristoteles
Ia membagi fase sejak lahir sampai usia 21 tahun. (1) fase anak kecil (0 - 7) tahun, (2) fase anak sekolah (7 - 14) tahun, dan (3) fase remaja (14 - 21) tahun.
b.      Maria Montessori
Fase-fase perkembangan itu: (1) umur 0 – 7 tahun, periode penangkapan dan pengenalan dunia luar dengan pancaindra. (2) umur 7 – 12 tahun, periode anak-anak mulai menilai perbuatan manusia atas dasar baik-buruk dan mulai timbulnya insane kamil, (3) umur 12 – 18 tahun, periode penemuan diri dan kepekaan social, dan (4) umur 18 ke atas, periode pendidikan perguruan tinggi.
2.      Periodesasi perkembangan berdasarakan konsep didaktif
Johann Amos Comenius, seorang ahli didik di Moravia. Ia membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Pembagian fase perkembangan tersebut:
                            a.      0 – 6 tahun (sekolah ibu), merupakan masa mengembangkan alat-alat indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan rumah tangga.
                           b.      6 – 12 tahun (sekolah bahasa ibu), merupakan masa anak mengembangkan daya ingatannya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini, mulai diajarkan bahasa ibu (vernacual).
                            c.      12 – 18 tahun (sekolah bahasa Latin), merupakan masa mengembangkan daya pikirnya di bawah pendidikan sekolah menengah (gymasium). Pada masa ini mulai diajarkan bahasa Latin sebagai bahasa asing.
                           d.      18 – 24 tahun (sekolah tinggi dan pengembaraan), merupakn masa mengembangkan kemauannya dan memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan tinggi.
3.        Periodesasi perkembangan berdasarkaan ciri-ciri psikologis
Menurut Oswald Kroch, yang dipandang terdapat pada anak-anak pada umumnya adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk sifat trotz atau sifat “keras kepala”. Ia membagi fase perkembangan menjadi tiga, yaitu:
                            a.      Fase anak awal: umur 0 – 3 tahun. Ditandai dengan anak serba-membantah atau menentang orang lain.
                           b.      Fase keserasian sekolah: umur 3 – 13 tahun. Pada akhir masa ini timbul sifat trotz kedua, dimana anak mulai serba membantah lagi, suka menentang orang lain, terutama terhadap orang tuanya.
                            c.      Fase kematangan: umur 13 – 21 tahun, yaitu mulai setelah berakhirnya gejala-gejala trotz kedua. Anak mulai menyadari kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihannya, yang dihadapi dengan sikap yang sewajarnya. Ia mulai dapat menghargai pendapat orang lain, dapat memberikan toleransi terhadap keyakinan orang lain, karena menyadari bahwa orang lain pun mempunyai hak yang sama.
4.      Periodesasi perkembangan berdasarkan konsep tugas perkembangan
Dalam rangka memanfaatkan tahap-tahap perubahan yang menyertai perkembangannya, manusia harus belajara melakuakn kebiasaan-kebiasaan tertentu umpanya kebiasaan belajar berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun. Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu ada saat atau masa perkembangan yang tepat dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas perkembangan berikutnya[7].
Adapun mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi fase-fase tersebut, seperti yang telah dikemukaan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:
a.       Masa bayi dan kanak-kanak (infancy and early childhood): umur 0 – 6 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni belajar berjalan dan berbicara.
b.      Masa sekolah atau pertengahan kanak-kanak (middle childhood): umur 6 – 12 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika dan belajar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
c.       Masa remaja (adolescence): umur 12 – 22 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni belajar menjadi dirinya sendiri dan belajar memperoleh system etika sebagai pedoman bertingkah laku.
d.      Masa awal dewasa (early adulthood): umur 22 – 40 tahun. Tugas perkembnagan pada fase ini yakni memiliki pasangan hidup/berumah tangga, berkarirer, dan menerima tanggung jawab social dan kewarganegaraan.
e.       Masa dewasa pertengahan (middle age): umur 40 – 60 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni membantu anak agar mencapai kedewasaan, melakukan penyesuaian dengan perubahan psikologis dirinya, dan mencapai puncak karier.
f.       Masa tua (latter matueity): 60 tahun ke atas. Tugas perkembangan pada fase ini yakni menyesuaikan diri dengan berkurangnya kekuatan/kesehatan dan menurunnya income karena pension, dan menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya.
5.      Periodesasi perkembangan menurut konsep islam
Memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW. yang menjadi dasar utama pemikiran islam, periodesasi perkembangan individu secara garis besarnya dapat dibedakan atas tiga fase, yaitu:
a.      Periode pra-konsepsi, yaitu perkembangan manusia sebelum masa pembuahan sperma dan ovum. Meskipun pada periode ini wujud manusia belum berbentuk, tetapi perlu dikemukakan bahwa hal ini berkaitan dengan “bibit” manusia, yang akan mempengaruhi kualitas generasi yang akan dilahirkan kelak.
b.     Periode pra-natal, yaitu periode perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa kelahiran.
Periode ini dibagi atas empat fase, yaitu:
1)      Fase nuthfah (zigot), dimulai sejak pembuahan sampai usia 40 hari dalam kandungan
2)        Fase ‘alaqah (embrio) selama 40 hari
3)        Fase mudhghah (janin) selama 4 hari, dan
4)        Fase penipuan ruh ke dalam jasad janin dalam kandungan setelah genap berusia 4 bulan
6.      Periode kelahiran sampai meninggal dunia, yang terdiri atas beberapa fase, yaitu:
a.         Fase neo-natus, mulai dari kelahiran sampai kira-kira minggu keempat
b.        Fase al-thifl (kanak-kanak), mulai dari usia 1 bulan sampai usia sekitar 7 tahun
c.         Fase tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai mampu membedakan yang baik dengan yang buruk, yang benar dan yang salah, fase ini dimulai sekitar usia 7 sampai 12 atau 13 tahun
d.        Fase baligh, yaitu fase ditandai dengan mimpi bagi laki-laki dan haid bagi perempuan. Pada masa ini, anak telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi beban taklif (tanggung jawab). Fase ini juga disebut fase ‘aqli (fase tingkah laku intelektual seseorang mencapai kondisi puncak, sehingga mampu membedakan perilaku yang bener dan salah, baik dan buruk). Fase ini dimulai usia 15 – 40 tahun
e.         Fase kearifan dan kebijakan, yaitu fase dimana seseorang telah meiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral, spiritual dan agama secara mendalam. Fase ini juga disebut fase auliya’ wa anbiya’, yaitu fase dimana perilaku manusia dituntut seperti perilaku yang diperankan oleh Nabi. Fase ini dimulai usia 40 tahun sampai meninggal dunia
f.         Fase kematian, yaitu fase dimana nyawa telah hilang dari jasad manusia. Fase kematian ini diawali dengan adanya naza’ yaitu awal pencabutan nyawa oleh malaikat Izrail.

D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan dan Pertumbuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan itu didasarkan pada teori-teori perkembangan, yaitu:
1.         Nativisme mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pembawaan
2.         Empirisme mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pengalaman dan lingkungan.
3.         Konvergensi mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pembawaan dan pengaruh lingkungan.
Kemudian, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan atas faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar individu.
1.        Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu
a.         Bakat atau pembawaan
Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap individu memiliki bermacam-macam bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang tajam dan sebagainya. Anak yang mempunyai bakat menari misalnya, niscaya minat dan perhatiannya akan sangat besar terhadap menari. Ia akan mudah mempelajarinya, mudah mencapai kecakapan-kecakapan yang berhubungan dengan menari.[8]
b.         Sifat-sifat Keturunan (hereditas)
Hampir semua aspek perkembangan seorang anak dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh susunan genetis anak yang bersangkutan. Meski demikian, tidak semua karakteristik turunan tersebut tampak pada waktu kelahiran. Hereditas terus mempengaruhi perkembangan anak sepanjang proses kematangan yakni mulai berkembangnya perubahan-perubahan yang dikontrol secara genetis ketika anak berkembang. Contohnya seperti keterampilan-keterampilan motorik seperti berjalan, berlari, dan meloncat berkembang akibat pengaruh perkembangan neurologis, peningkatan kekuatan, dan peningkatan kendali otot.[9]
Sifat-sifat keturunan berasal dari orangtua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental. Mengenai fisik misalnya bentuk muka (hidung), bentuk badan, suatu penyakit. Sedangkan mengenai mental misalnya sifat rajin, pendiam, pemalas, dan lain sebagainya. Dengan demikian, sifat-sifat keturunan ikut menentukan perkembangan seseorang. Namun, sifat buruk dapat dirubah asalkan diimbangi dengan lingkungan dan pendidikan yang sesuai.
c.         Dorongan dan Instink
Dorongan dan instink termasuk faktor dari dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Adapun instink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan dorngan batin. Kemampuan instink merupakan pembawaan sejak lahir, yang dalam psikologi kemampuan instink ini termasuk kapabilitas, yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan tanpa melalui belajar seperti melarikan diri karena perasaan takut, menolak karena jijik, ingin tahu karena penasaran tentang seuatu, menarik perhatian orang lain karena ingin diperhatikan oleh orang lain, dan lain sebagainya.
2.        Faktor-faktor yang berasal dari luar individu
a.         Makanan
Makanan juga termasuk faktor yang mempengaruhi perkembangan individu.  Makanan merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Makanan yang banyak hanya akan mengenyangkan perut, tetapi gizi yang cukup akan dapat menjamin pertumbuhan yang sempurna.[10]
Apabila ditinjau dari perspektif agama (Islam), makanan yang mengandung gizi saja belum cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, melainkan harus disempurnakan dengan tingkat kehalalan dan kebersihan dari makanan itu sendiri.
Menurut, Islam makanan mempunyai pengaruh yang besar, tidak hanya terhadap pertumbuhan dan kesehatan jasmani manusia, melainkan juga terhadap perkembangan jiwa, pikiran, dan tingkah laku seseorang. Sebagaimana ditegaskan oleh seorang ulama kontemporer, Syaikh Taqi Falsafi dalam bukunya Child between Heredity and Education yaitu:
Pengaruh dari campuran (senyawa) kimiawi yang dikandung oleh makanan terhadap aktivitas jiwa dan pikiran manusia belum diketahui secara sempurna, karena belum diadakan eksperimen secara memadai. Namun, tidak dapat diragukan bahwa perasaan manusia dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan.
Dengan begitu jelas, bahwa makanan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia.
b.         Kebudayaan
Kebudayaan banyak juga mempengaruhi perkembangan manusia. Misalnya, latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, akan terlihat lebih tenang, karena jiwanya masih berasa dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa sendiri yang mengandung petunjuk-petunjuk dan falsafah dari pandangan hidup keagamaan. Lain halnya dengan seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.
c.         Lingkungan
Maksud lingkungan pada pembahasan ini adalah segala sesuatu yang ada pada lingkungannya, baik tempat tinggal, teman bergaul, alam sekitarnya, benda-benda kongkrit dan lingkungan yang abstrak (situasi ekonomi, sosial, politik, budaya, adat istiadat, ideologi, pandangan hidup dan nilai-nilai ajaran agama) yang berdampak positif atau negatif terhadap perkembangan manusia. Lingkungan dapat dikelompokkan  sebagai berikut.
1)        Lingkungan keluarga
Kehadiran orang tua ditengah-tengah anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka mengembangkan kepribadian anak. Begitu juga dengan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, juga penanaman pada nilai-nilai kehidupan, seperti nilai-nilai agama, sosial, dan budaya. Semua ini merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan putera-puterinya menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat jasmani dan mentalnya. Untuk itu, maka kedua orang tua harus berupaya secara maksimal membiasakan anggota keluarganya berbuat dan bersikap yang efektif dalam berbagai hal.[11]
2)        Lingkungan sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, harus melaksanakan program bimbingan, pembelajaran dan latihan dalam rangka membantu para siswa-siswi mengembangkan potensinya. Untuk itu, peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian peserta didik, baik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku merupakan salah satu faktor penentu.
Selain itu, harus didukung oleh kualitas para guru baik kepribadiannya maupun kompetensinya. Kedua hal ini sangat besar pengaruhnya ketika proses pembelajaran di kelas atau luar kelas. Hubungan antara guru dengan siswa-siswi saat pembelajaran pada akhirnya akan berdampak pada keberhasilan belajar.
3)        Teman sebaya
Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial bagi siswa-siswi maupun remaja. Teman sebaya mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak. Faktor utama dalam penentuan hubungan interpersonal di antara para remaja pada umumnya dipengaruhi adanya kesamaan dalam minat dan nilai-nilai yang dianut, juga pendapat yang diikuti dan sifat-sifat kepribadiannya.
Anak harus pandai-pandai dalam memlih teman sebaya dengan bimbingan dari orang tua dan guru. Teman sebaya bisa memberikan dampak positif seperti memberi kesempatan untuk belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengontrol tingkah laku sosial, dan mengembangkan ketrampilan dan minat yang relevan dengan usianya. Adapum dampak negatifnya apabila salah memilih teman sebaya dapat merubah perilaku menjadi menyimpang dari norma-norma.[12]
E.       Ayat-ayat tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Q.S Al-Mukminun: 12-14
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  
Artinya:
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Q.S Ar-Rum: 54
* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ㍃Ïs)ø9$# ÇÎÍÈ  
Artinya:
54. Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.

Q.S Al-Mu’min: 67
uqèd Ï%©!$# Nà6s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜœR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ §NèO öNä3ã_̍øƒä WxøÿÏÛ §NèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ¢OèO (#qçRqä3tFÏ9 %Y{qãŠä© 4 Nä3ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGム`ÏB ã@ö6s% ( (#þqäóè=ö7tFÏ9ur Wxy_r& wK|¡B öNà6¯=yès9ur šcqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ  
Artinya:
67. Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).

Dalam surat al-Mukminun ayat 12-14, dijelaskan tentang proses atau fase-fase pembentukan manusia di dalam rahim seorang ibu
Dalam surat al-Mu’min ayat 67, dijelaskan bahwa asal muasal manusia diciptakan oleh Allah Swt, proses penciptaan manusia, serta fase-fase yang akan dialami oleh manusia itu sendiri.
Dalam surat al-Rum ayat 54, dijelaskan tentang fase-fase yang dialami oleh manusia, bahwasannya Allah menciptakan seseorang dari kondisi lemah menjadi kuat dan akhirnya menjadi lemah tanpa berdaya.



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.      Pertumbuhan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya. Adapun perkembangan dapat dipahami sebagai proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan intreaksi dengan lingkungan.
2.      Dalam pandangan ajaran Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, dalam arti tidak memiliki pengetahuan apapun. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw, bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوُ مَجِّسَانِهِ) رواه مسلم(
Artinya :
“Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrohnya (bakatnya orang tualah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi)”. (H.R Muslim)
3.      Secara garis besar terdapat empat dasar pembagian fase-fase perkembangan, di antaranya
a.    Periodesasi perkembangan berdasarkan cirri-ciri biologis
b.    Periodesasi perkembangan berdasarakan konsep didaktif
c.    Periodesais perkembangan berdasarkaan ciri-ciri psikologis
d.   Periodesasi perkembangan berdasarkan konsep tugas perkembangan
e.    Periodesasi perkembangan menurut konsep islam
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan atas faktor yang berasal dari dalam diri individu, yaitu Bakat atau pembawaan, sifat-sifat Keturunan (hereditas), dorongan dan Instink. Adapun faktor dari luar individu seperti makanan, kebudayaan, lingkungan, dan teman sebaya.


B.       Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk proses penyusunan makalah kami selanjutnya agar lebih baik lagi.



























DAFTAR PUSTAKA

Abror, Rachman. 1993 Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Posdakarya
Ellis Ormrod, Jeanne. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Pt Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Wahab, Rohmalina. 2014. Psikologi Belajar. Palembang: Grafika Telindo Press















[1] Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya. 1993), hlm. 21
[2]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2010) , hlm. 2-3
[3]Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Palembang: Grafika Telindo Press. 2014), hlm. 112

[4] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Remaja Posdakarya.2009) hlm.11-12
[5]Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010) hlm. 44
[6] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Remaja Posdakarya.2009) hlm. 20
[7] Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014), hlm. 71-78
[8] Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 27
[9] Jeanne Ellis Ormrod,Psikologi pendidikan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008) hlm. 33
[10]Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 29
[11]Romlah,  Psikologi Pendidikan, (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2010) hlm. 103
[12]Romlah, Psikologi Pendidikan, (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2010) hlm. 107

Analisis Kasus Dengan Teori Erikson

1.       TAHAPAN PERKEMBANGAN MENURUT ERIKSON a.       Masa bayi: Rasa percaya vs Rasa tidak percaya Dalam tahap ini, bayi berusaha ke...