Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli psikologi dan pendidikan, mengakui
bahwa pertumbuhan dan perkembangan individu sejak dalam kandungan sampai
meninggal dunia, mengalami proses menurut hukum waktu yang satu sama lain tidak
sama cepat atau lambatnya, fase-fase kepekaannya dan sebagainya, akan tetapi
bagaimanapun juga pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang bersifat
integral sebagai manusia seutuhnya.
Perubahan dalam diri manusia terdiri atas
perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif
akibat dari perubahan fisik. Perubahan kualitatif tersebut sering disebut
dengan perkembangan, sedangkan perubahan kuantitatif sering disebut dengan
pertumbuhan. Persoalan yang menjadi topik bahasan psikologi adalah perubahan
kualitatif atau perkembangan, sebab hal itu terkait dengan fungsi struktur
kejiwaan yang kompleks beserta dinamika prosesnya, meskipun disadari bahwa
pertumbuhan fisik sedikit banyak berkorelasi dengan perkembangan psikis.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, dapat
diambil rumusan masalah, sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan manusia?
2.
Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan dalam perspektif
Islam?
3.
Bagaimana
prinsip pertumbuhan dan perkembangan manusia?
4.
Bagaimana periodesasi pertumbuhan dan perkembangan manusia?
5.
Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia?
C. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan dari
makalah, di antaranya:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan manusia
2.
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam perspektif
Islam
3.
Untuk
mengetahui prinsip pertumbuhan dan perkembangan manusia
4.
Untuk mengetahui periodesasi pertumbuhan dan perkembangan manusia
5.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
manusia
6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan
Sejak
dimulainya kehidupan pada saat pembuahan, yaitu pada saat bertemunya ovum (sel
telur) dan spermatosoid (sperma laki-laki), organisme selalu menunjukkan
perubahan yang teratur dan semakin lama semakin menunjukkan kesempurnaannya,
khususnya setelah lahir. Terjadinya perubahan pada organisme itu, yang
selanjutnya diistilahkan dengan “pertumbuhan” (growth) dan “perkembangan” (development),
dimungkinkan karena adanya interaksi antara faktor kemampuan dasar dan
kemampuan yang diperoleh hasil belajar atau pengaruh lingkungan.[1]
Perkembangan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal berkembang. Selanjutnya,
kata “berkembang” menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti mekar terbuka
atau membentang ; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi sempurna dalam
hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya.[2]Menurut Rohmalina Wahab, perkembangan adalah proses atau tahapan perubahan yang meliputi
aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian ke arah
yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini berpusat pada penyempurnaan
psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang terrefleksikan dari tingkah laku dan
perbuatan.[3]
Adapun Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pertumbuhan berasal dari kata tumbuh yang berarti tambah besar atau
sempurna. Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan
waktu tertentu.[4]
C.P. Chaplin mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau
kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai
suatu keseluruhan. Menurut A.E. Sinolungan, pertumbuhan menunjuk pada perubahan
kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat
tubuh. Sedangkan Ahmad Thonthowi mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan
jasad yang meningkat dalam ukuran sebagai akibat dari adanya perbanyakan
sel-sel.
Dari beberapa
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan merujuk pada
perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran
dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung,
paru-paru, dan sebagainya.[5]
Adapun perkembangan dapat dipahami sebagai
proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan
dan intreaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih mencerminkan
sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak.[6]
B.
Prinsip
Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut H. C.
Whetherington dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology ada
sembilan prinsip-prinsip umum pertumbuhan dan perkembangan. Namun yang akan
diuraikan adalah yang paling menonjol. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya:[7]
1.
Efek
usaha-usaha belajar bergantung kepada tingkat kedewasaan yang telah tercapai.
Semua usaha belajar
dibatasi oleh tingkat kedewasaan yang dicapai oleh organisme sebagai suatu
keseluruhan. Kaidah ini meminta kepada para pendidik agar memilih bahan-bahan
dan menggolongkannya secara seksama sesuai dengan tingkat kedewasaan si anak.
2.
Pertumbuhan
lebih cepat jalannya dalam tahun-tahun pertama.
Perkembangan
fisik dan psikis anak berjalan cepat pada masa tahun-tahun awal kehidupan
mereka. Terbukti bahwa anak manusia lahir mempunyai berat rata-rata kurang
lebih 3,4 kg (laki-laki). Satu tahun kemudian akan menjadi 10kg. Dengan adanya
kaidah ini, hendaknya pendidik-pendidik memiliki pendidikan yang memadai dan
pengalaman yang cukup.
3.
Setiap
individu mempunyai tempo perkembangan sendiri.
Setiap anak
memiliki waktu sendiri tergantung dari cepat atau lambatnya pertumbuhan dan
perkembangannya. Bimbingan dari orang tua dan pendidik sangat diperlukan sesuai
dengan kecepatan kapasitas dasar mereka atas dasar pengamatan kita ditunjang
dengan pengetahuan, pengalaman, dan dasar-dasar yang saling berkaitan.
4.
Setiap
golongan individu mengikuti pola perkembangan umum yang sama.
Sesuai dengan
kaidah ini, pendidik bisa menjalankan pengajaran-pengajaran klasikal dengan
memperhatikan perbedaan-perbedaan siswa sejauh yang bisa diusahakan.
5.
Hereditas
dan lingkungan sama pentingnya bagi pertumbuhan.
Hereditas dan
lingkungan saling berkaitan bagi pertumbuhan. Apabila yang satu tidak mendukung
maka pertumbuhan menjadi terhambat.
6.
Sifat-sifat
psikis timbul bersama-sama dan tidak secara berturut-turut.
Prinsip ini
menolak terhadap teori yang mengatakan bahwa sifat-sifat psikis adalah “daya”
yang berkembang secara berurutan. Dengan kata lain fungsi-fungsi psikis
berkembang dari yang rendah menuju yang tinggi.
C. Pertumbuhan
dan Perkembangan dalam Perspektif Islam
Dalam
pandangan ajaran Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, dalam arti
tidak memiliki pengetahuan apapun. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan
Muslim, Rasulullah SAW, bersabda:
كُلُّ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلى الفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
أَوُ مَجِّسَانِهِ) رواه مسلم(
Artinya :
“Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrohnya (bakatnya orang
tualah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi)”. (H.R Muslim)
Hadits di atas menyatakan,
bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan فِطْرَةِ
fitrah atau memiliki sifat pembawaan yang ada sejak lahir. Fitrah atau sifat
bawaan anak manusia ini dipahami oleh para ahli antara lain sebagai kesucian
dan kecenderungan beragama/memeluk Islam, yang pada dasarnya setiap anak
berpotensi menjadi seorang muslim, dan potensi ini akan menjadi kenyataan
apabila kedua orangtua dan lingkungan mendidiknya secara Islami.
Jadi,
pembawaan atau hereditas berperan sangat penting dalam menentukan perkembangan
dan masa depan manusia apabila didukung lingkungan yang sesuai dengan potensi
mereka.
Selain hadits tersebut, berikut
ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
1. Q.S Al-Mukminun: 12-14
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
Artinya:
12. dan
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
13. kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
14. kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling
baik.
2. Q.S Ar-Rum:
54
* ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4 ß,è=øs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
Artinya:
54. Allah,
Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.
3.
Q.S Al-Mu’min: 67
uqèd Ï%©!$# Nà6s)n=s{ `ÏiB 5>#tè? §NèO `ÏB 7pxÿõÜR §NèO ô`ÏB 7ps)n=tæ §NèO öNä3ã_Ìøä WxøÿÏÛ §NèO (#þqäóè=ö7tFÏ9 öNà2£ä©r& ¢OèO (#qçRqä3tFÏ9 %Y{qãä© 4 Nä3ZÏBur `¨B 4¯ûuqtGã `ÏB ã@ö6s% ( (#þqäóè=ö7tFÏ9ur Wxy_r& wK|¡B öNà6¯=yès9ur cqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ
Artinya:
67. Dia-lah
yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan
sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang
ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).
Dalam surat
al-Mukminun ayat 12-14, dijelaskan tentang proses atau fase-fase pembentukan
manusia di dalam rahim seorang ibu
Dalam surat
al-Mu’min ayat 67, dijelaskan bahwa asal muasal manusia diciptakan oleh Allah Swt, proses penciptaan
manusia, serta fase-fase yang akan dialami oleh manusia itu sendiri.
Dalam surat al-Rum ayat 54, dijelaskan tentang fase-fase yang dialami
oleh manusia, bahwasannya Allah menciptakan seseorang dari kondisi lemah
menjadi kuat dan akhirnya menjadi lemah tanpa berdaya.
D. Periodesasi Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara garis besar terdapat empat dasar
pembagian fase-fase perkembangan, di antaranya[8]:
1. Periodesasi perkembangan berdasarkan ciri-ciri
biologis
Perkembangan ini didasarkan pada gejala-gejala perubahan fisik anak,
atau didasarkan atas proses biologis tertentu. Periodesasi ini dikemukakan
oleh:
a. Aristoteles
Ia membagi fase sejak lahir sampai usia 21
tahun. (1) fase anak kecil (0 - 7) tahun, (2) fase anak sekolah (7 - 14) tahun,
dan (3) fase remaja (14 - 21) tahun.
b. Maria Montessori
Fase-fase perkembangan itu: (1) umur 0 – 7 tahun, periode penangkapan
dan pengenalan dunia luar dengan pancaindra. (2) umur 7 – 12 tahun, periode
anak-anak mulai menilai perbuatan manusia atas dasar baik-buruk dan mulai
timbulnya insan kamil, (3) umur 12 – 18 tahun, periode penemuan diri dan
kepekaan sosial, dan (4) umur 18 ke atas, periode
pendidikan perguruan tinggi.
2. Periodesasi perkembangan berdasarakan
konsep didaktif
Johann Amos Comenius, seorang ahli didik di Moravia. Ia membagi
fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai
dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah. Pembagian
fase perkembangan tersebut:
a. 0 – 6 tahun (sekolah ibu), merupakan masa mengembangkan alat-alat
indra dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan
rumah tangga.
b. 6 – 12 tahun (sekolah bahasa ibu), merupakan masa anak
mengembangkan daya ingatannya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada masa
ini, mulai diajarkan bahasa ibu (vernacual).
c. 12 – 18 tahun (sekolah bahasa Latin), merupakan masa mengembangkan
daya pikirnya di bawah pendidikan sekolah menengah (gymasium). Pada masa ini mulai diajarkan bahasa Latin
sebagai bahasa asing.
d. 18 – 24 tahun (sekolah tinggi dan pengembaraan), merupakn masa
mengembangkan kemauannya dan memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di
bawah perguruan tinggi.
3. Periodesasi perkembangan berdasarkaan ciri-ciri psikologis
Menurut Oswald Kroch, yang dipandang terdapat pada anak-anak pada
umumnya adalah pengalaman keguncangan jiwa yang dimanifestasikan dalam bentuk
sifat trotz atau sifat “keras kepala”. Ia membagi fase perkembangan
menjadi tiga, yaitu:
a. Fase anak awal: umur 0 – 3 tahun. Ditandai
dengan anak serba-membantah atau menentang orang lain.
b. Fase keserasian sekolah: umur 3 – 13 tahun.
Pada akhir masa ini timbul sifat trotz kedua, dimana anak mulai serba
membantah lagi, suka menentang orang lain, terutama terhadap orang tuanya.
c. Fase kematangan: umur 13 – 21 tahun, yaitu
mulai setelah berakhirnya gejala-gejala trotz kedua. Anak mulai
menyadari kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihannya, yang dihadapi
dengan sikap yang sewajarnya. Ia mulai dapat menghargai pendapat orang lain,
dapat memberikan toleransi terhadap keyakinan orang lain, karena menyadari
bahwa orang lain pun mempunyai hak yang sama.
4. Periodesasi perkembangan berdasarkan konsep
tugas perkembangan
Dalam rangka memanfaatkan tahap-tahap perubahan yang menyertai
perkembangannya, manusia harus belajara melakuakn kebiasaan-kebiasaan tertentu
umpanya kebiasaan belajar berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun.
Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu ada saat atau masa perkembangan
yang tepat dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas perkembangan
berikutnya[9].
Adapun mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi
fase-fase tersebut, seperti yang telah dikemukaan oleh beberapa ahli, sebagai
berikut:
a. Masa bayi dan kanak-kanak (infancy and
early childhood): umur 0 – 6 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni belajar
berjalan dan berbicara.
b. Masa sekolah atau pertengahan kanak-kanak (middle
childhood): umur 6 – 12 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni
belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika dan belajar
keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
c. Masa remaja (adolescence): umur 12 –
22 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni belajar menjadi dirinya
sendiri dan belajar memperoleh system etika sebagai pedoman bertingkah laku.
d. Masa awal dewasa (early adulthood):
umur 22 – 40 tahun. Tugas perkembnagan pada fase ini yakni memiliki pasangan
hidup/berumah tangga, berkarirer, dan menerima tanggung jawab social dan
kewarganegaraan.
e. Masa dewasa pertengahan (middle age):
umur 40 – 60 tahun. Tugas perkembangan pada fase ini yakni membantu anak agar
mencapai kedewasaan, melakukan penyesuaian dengan perubahan psikologis dirinya,
dan mencapai puncak karier.
f. Masa tua (latter matueity): 60 tahun
ke atas. Tugas perkembangan pada fase ini yakni menyesuaikan diri dengan
berkurangnya kekuatan/kesehatan dan menurunnya income karena pension, dan
menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya.
5. Periodesasi perkembangan menurut konsep
islam
Memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW. yang
menjadi dasar utama pemikiran islam, periodesasi perkembangan individu secara
garis besarnya dapat dibedakan atas tiga fase, yaitu:
a. Periode pra-konsepsi, yaitu perkembangan
manusia sebelum masa pembuahan sperma dan ovum. Meskipun pada periode ini wujud
manusia belum berbentuk, tetapi perlu dikemukakan bahwa hal ini berkaitan
dengan “bibit” manusia, yang akan mempengaruhi kualitas generasi yang akan
dilahirkan kelak.
b. Periode pra-natal, yaitu periode
perkembangan manusia yang dimulai dari pembuahan sperma dan ovum sampai masa
kelahiran.
Periode ini dibagi atas empat fase, yaitu:
1) Fase nuthfah (zigot), dimulai sejak
pembuahan sampai usia 40 hari dalam kandungan
2)
Fase ‘alaqah (embrio) selama 40 hari
3)
Fase mudhghah (janin) selama 4 hari, dan
4)
Fase penipuan ruh ke dalam jasad janin dalam kandungan setelah genap
berusia 4 bulan
c. Periode kelahiran sampai meninggal dunia,
yang terdiri atas beberapa fase, yaitu:
1) Fase neo-natus, mulai dari
kelahiran sampai kira-kira minggu keempat
2)
Fase al-thifl (kanak-kanak), mulai dari usia 1 bulan
sampai usia sekitar 7 tahun
3)
Fase tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai mampu membedakan yang
baik dengan yang buruk, yang benar dan yang salah, fase ini dimulai sekitar
usia 7 sampai 12 atau 13 tahun
4)
Fase baligh, yaitu fase ditandai dengan mimpi bagi laki-laki dan
haid bagi perempuan. Pada masa ini, anak telah memiliki kesadaran penuh akan
dirinya, sehingga ia diberi beban taklif (tanggung jawab). Fase ini juga
disebut fase ‘aqli (fase tingkah laku intelektual seseorang mencapai
kondisi puncak, sehingga mampu membedakan perilaku yang bener dan salah, baik
dan buruk). Fase ini dimulai usia 15 – 40 tahun
5)
Fase kearifan dan kebijakan, yaitu fase dimana seseorang telah meiliki
tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional, moral, spiritual dan agama secara
mendalam. Fase ini juga disebut fase auliya’ wa anbiya’, yaitu fase
dimana perilaku manusia dituntut seperti perilaku yang diperankan oleh Nabi.
Fase ini dimulai usia 40 tahun sampai meninggal dunia
6)
Fase kematian, yaitu fase dimana nyawa telah hilang dari jasad manusia.
Fase kematian ini diawali dengan adanya naza’ yaitu awal pencabutan
nyawa oleh malaikat Izrail.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan itu didasarkan pada teori-teori perkembangan,
yaitu:
1.
Nativisme mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari pembawaan
2.
Empirisme mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari
pengalaman dan lingkungan.
3.
Konvergensi mengatakan perkembangan manusia ditentukan dari
pembawaan dan pengaruh lingkungan.
Kemudian, faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan atas faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar individu.
1.
Faktor-faktor
yang berasal dari dalam individu
a.
Bakat
atau pembawaan
Bakat
juga merupakan salah satu pendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Bakat
adalah sesuatu yang diperoleh melalui perkembangan psikologis seorang bayi.¹ Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini
dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang
terkandung dalam diri anak. Setiap individu memiliki bermacam-macam bakat
sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang tajam dan
sebagainya. Anak yang mempunyai bakat menari misalnya, niscaya minat dan
perhatiannya akan sangat besar terhadap menari. Ia akan mudah mempelajarinya,
mudah mencapai kecakapan-kecakapan yang berhubungan dengan menari.[10]
b.
Sifat-sifat
Keturunan (hereditas)
Hampir semua aspek perkembangan seorang anak dipengaruhi secara
langsung atau tidak langsung oleh susunan genetis anak yang bersangkutan. Meski
demikian, tidak semua karakteristik turunan tersebut tampak pada waktu
kelahiran. Hereditas terus mempengaruhi perkembangan anak sepanjang proses
kematangan yakni mulai berkembangnya perubahan-perubahan yang dikontrol secara
genetis ketika anak berkembang. Contohnya seperti keterampilan-keterampilan
motorik seperti berjalan, berlari, dan meloncat berkembang akibat pengaruh
perkembangan neurologis, peningkatan kekuatan, dan peningkatan kendali otot.[11]
Sifat-sifat keturunan berasal dari orangtua atau nenek moyang dapat
berupa fisik dan mental. Mengenai fisik misalnya bentuk muka (hidung), bentuk
badan, suatu penyakit. Sedangkan mengenai mental misalnya sifat rajin, pendiam,
pemalas, dan lain sebagainya. Dengan demikian, sifat-sifat keturunan ikut
menentukan perkembangan seseorang. Namun, sifat buruk dapat dirubah asalkan
diimbangi dengan lingkungan dan pendidikan yang sesuai.
c. Dorongan dan Instink
Dorongan dan instink termasuk faktor dari dalam yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong
manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Adapun instink atau naluri
adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikkan kepada
manusia bagaimana cara-cara melaksanakan dorngan batin. Kemampuan instink
merupakan pembawaan sejak lahir, yang dalam psikologi kemampuan instink ini
termasuk kapabilitas, yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan tanpa melalui
belajar seperti melarikan diri karena perasaan takut, menolak karena jijik,
ingin tahu karena penasaran tentang seuatu, menarik perhatian orang lain karena
ingin diperhatikan oleh orang lain, dan lain sebagainya.
2.
Faktor-faktor
yang berasal dari luar individu
a.
Makanan
Makanan juga termasuk faktor yang mempengaruhi perkembangan
individu. Makanan merupakan faktor yang
sangat penting bagi pertumbuhan yang normal dari setiap individu. Makanan yang
banyak hanya akan mengenyangkan perut, tetapi gizi yang cukup akan dapat
menjamin pertumbuhan yang sempurna.[12]
Apabila ditinjau dari perspektif agama (Islam), makanan yang
mengandung gizi saja belum cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
melainkan harus disempurnakan dengan tingkat kehalalan dan kebersihan dari
makanan itu sendiri.
Menurut, Islam makanan mempunyai pengaruh yang besar, tidak hanya
terhadap pertumbuhan dan kesehatan jasmani manusia, melainkan juga terhadap
perkembangan jiwa, pikiran, dan tingkah laku seseorang. Sebagaimana ditegaskan
oleh seorang ulama kontemporer, Syaikh Taqi Falsafi dalam bukunya Child between
Heredity and Education yaitu:
Pengaruh dari campuran (senyawa) kimiawi yang dikandung oleh
makanan terhadap aktivitas jiwa dan pikiran manusia belum diketahui secara
sempurna, karena belum diadakan eksperimen secara memadai. Namun, tidak dapat
diragukan bahwa perasaan manusia dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
makanan.
Dengan begitu jelas, bahwa makanan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan manusia.
b.
Kebudayaan
Kebudayaan banyak juga mempengaruhi perkembangan manusia. Misalnya,
latar belakang budaya desa, keadaan jiwanya masih murni, akan terlihat lebih
tenang, karena jiwanya masih berasa dalam lingkungan kultur, kebudayaan bangsa
sendiri yang mengandung petunjuk-petunjuk dan falsafah dari pandangan hidup
keagamaan. Lain halnya dengan seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang
sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.
c.
Lingkungan
Maksud
lingkungan pada pembahasan ini adalah segala sesuatu yang ada pada
lingkungannya, baik tempat tinggal, teman bergaul, alam sekitarnya, benda-benda
kongkrit dan lingkungan yang abstrak (situasi ekonomi, sosial, politik, budaya,
adat istiadat, ideologi, pandangan hidup dan nilai-nilai ajaran agama) yang
berdampak positif atau negatif terhadap perkembangan manusia. Lingkungan dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
1)
Lingkungan keluarga
Kehadiran orang tua ditengah-tengah anggota keluarga memiliki
peranan yang sangat penting dalam rangka mengembangkan kepribadian anak. Begitu
juga dengan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, juga penanaman pada
nilai-nilai kehidupan, seperti nilai-nilai agama, sosial, dan budaya. Semua ini
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan putera-puterinya menjadi
pribadi dan anggota masyarakat yang sehat jasmani dan mentalnya. Untuk itu,
maka kedua orang tua harus berupaya secara maksimal membiasakan anggota
keluarganya berbuat dan bersikap yang efektif dalam berbagai hal.[13]
2)
Lingkungan
sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, harus melaksanakan
program bimbingan, pembelajaran dan latihan dalam rangka membantu para
siswa-siswi mengembangkan potensinya. Untuk itu, peranan sekolah dalam
mengembangkan kepribadian peserta didik, baik dalam berfikir, bersikap dan
berperilaku merupakan salah satu faktor penentu.
Selain itu, harus didukung oleh kualitas para guru baik
kepribadiannya maupun kompetensinya. Kedua hal ini sangat besar pengaruhnya
ketika proses pembelajaran di kelas atau luar kelas. Hubungan antara guru
dengan siswa-siswi saat pembelajaran pada akhirnya akan berdampak pada
keberhasilan belajar.
3)
Teman
sebaya
Kelompok teman sebaya merupakan salah satu lingkungan sosial bagi
siswa-siswi maupun remaja. Teman sebaya mempunyai peranan yang sangat penting
bagi perkembangan anak. Faktor utama dalam penentuan hubungan interpersonal di
antara para remaja pada umumnya dipengaruhi adanya kesamaan dalam minat dan
nilai-nilai yang dianut, juga pendapat yang diikuti dan sifat-sifat
kepribadiannya.
Anak harus pandai-pandai dalam memlih teman sebaya dengan bimbingan
dari orang tua dan guru. Teman sebaya bisa memberikan dampak positif seperti
memberi kesempatan untuk belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang
lain, mengontrol tingkah laku sosial, dan mengembangkan ketrampilan dan minat
yang relevan dengan usianya. Adapum dampak negatifnya apabila salah memilih
teman sebaya dapat merubah perilaku menjadi menyimpang dari norma-norma.[14]
Faktor
Lingkungan juga mempengaruhi Tingkat kognitif atau intelegensi.
Banyak studi maupun penelitian yang mendukung bahwa faktor lingkungan
mempengaruhi tingkat kognitif atau intelegensi seseorang. Sebagai contoh dalam
penelitian Kamin,1978, anak-anak angkat yang hidup dalam lingkungan yang baik
mengalami peningkatan IQ sampai 5 poin, sedangkan anak - anak angkat yang hidup
dalam lingkungan kurang baik tidak mengalami peningkatan taraf intelegensi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pertumbuhan
merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan
dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala,
jantung, paru-paru, dan sebagainya. Adapun perkembangan dapat dipahami sebagai proses
perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan intreaksi
dengan lingkungan.
2.
Prinsip
pertumbuhan dan perkembangan dapat dijabarkan sebagai berikut.
a.
Efek
usaha-usaha belajar bergantung kepada tingkat kedewasaan yang telah tercapai.
b.
Pertumbuhan
lebih cepat jalannya dalam tahun-tahun pertama
c.
Setiap
individu mempunyai tempo perkembangan sendiri.
d.
Setiap
golongan individu mengikuti pola perkembangan umum yang sama.
e.
Hereditas
dan lingkungan sama pentingnya bagi pertumbuhan.
f.
Sifat-sifat
psikis timbul bersama-sama dan tidak secara berturut-turut.
3. Dalam
pandangan ajaran Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, dalam arti
tidak memiliki pengetahuan apapun. Asal muasal manusia diciptakan oleh Allah Swt, proses penciptaan
manusia, serta fase-fase yang akan dialami oleh manusia itu sendiri telah disebutkan
dalam Al-Qur’an dan Hadits.
4. Secara garis besar terdapat empat dasar
pembagian fase-fase perkembangan, di antaranya
a. Periodesasi perkembangan berdasarkan
cirri-ciri biologis
b. Periodesasi perkembangan berdasarakan
konsep didaktif
c. Periodesais perkembangan berdasarkaan
ciri-ciri psikologis
d. Periodesasi perkembangan berdasarkan konsep
tugas perkembangan
e. Periodesasi perkembangan menurut konsep Islam
5.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan atas faktor yang
berasal dari dalam diri individu, yaitu Bakat
atau pembawaan, sifat-sifat Keturunan (hereditas), dorongan
dan Instink. Adapun faktor
dari luar individu seperti makanan, kebudayaan, lingkungan, dan teman sebaya.
B. Saran
Demikianlah penyusunan
makalah ini, kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa isi
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karenanya kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk proses penyusunan makalah kami selanjutnya
agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Rachman. 1993 Psikologi Pendidikan. Yogyakarta
: PT
Tiara Wacana Yogya
Desmita. 2009. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja
Posdakarya
Ellis Ormrod, Jeanne. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Fatimah, Enung.
2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia
Mustaqim. 2008. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung
: Pt Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Wahab,
Rohmalina. 2014. Psikologi Belajar. Palembang: Grafika Telindo Press
Ikalor,
Allvanialista. 2013. “Pertumbuhan Dan Perkembangan”. Jurnal Pertumbuhan dan
Perkembangan
[4]Allvanialista Ikalor,“Pertumbuhan Dan
Perkembangan” Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan Vol. 7, No. 1,
Mei 2013: 1-6 hlm. 1
[5]Desmita, Psikologi
Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Remaja Posdakarya, 2009) hlm.11-12
[7]Mustaqim, Psikologi
Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2008) hlm. 23-25
[9] Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 71-78
[10] Desmita,
Psikologi Perkembangan Peserta Didik....., hlm. 27
[11] Jeanne Ellis
Ormrod, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008) hlm. 33
[12] Desmita, Psikologi
Perkembangan Peserta Didik...., hlm. 29
[13]Romlah, Psikologi Pendidikan, (Malang:
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2010) hlm. 103
[14]Romlah, Psikologi
Pendidikan...., hlm. 107
Komentar
Posting Komentar