Hubungan Akhlak dna Tsawuf dengan Aqidah dan Syari'ah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam  konteks kajian keislaman, tasawuf dapat dilihat dari sudut pandang kajian keilmuan Islam lainnya, atau ilmu-ilmu lainnya yang bersinggung langsung atau tidak langsung terdapat kajian taswuf tersebut, baik dari segi tujuan, konsep dan kontrinusi ilmu tasawuf terhadap ilmu-ilmu tersebut dan beigtu sebaliknya bagaimana kontribusi ilmu keislaman yang lain terhadap ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf yang merupakan rumusan tentang teoritis terhadap wahyu-wahyu yang berkenaan dengan hubungan antara Tuhan dengan manusia dan apa yang harus dilakukan oleh manusia agar dapat berhubungan sedekat mungkn dengan Tuhan baik denan pensucian jiwa dan latihan-latihan spiritual.
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman (akidah), Islam (syariat), dan ihsan (akhlak). Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang mengabaikan salah satu dari tiga hal ini. Sehingga kehidupannya menjadi jauh dari agama.
Di sini para penyusun akan menjelaskan tentang hubungan antara ketiganya, sehingga kemantapan seorang mukmin akan terjaga. Semoga apa yang para penyusun susun dalam makalah ini berguna untuk semua kalangan umat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penegertian akhlak dan tasawuf dengan akidah dan syari’ah?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan akhlak dan tasawuf dengan akidah dan syari’ah?
3. Bagaimana hubungan akhlak dan tasawuf dengan akidah dan syari’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlaq dengan tasawuf dengan akhlaq dan syari’ah
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara akhlaq dan tasawuf dengan akidah dan syari’ah
3. Untuk mengetahui hubungan antara akhlaq dan tasawuf dengan akidah dan syari’ah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak dan Tasawuf dengan Akidah dan Syariah
1. Pengertian Akhlak dan Tasawuf
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, kelakuan. Sedangkan secara etimologi akhlak adalah bentu jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangkat, tingkah laku atau tabiat.
Jadi, akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Adapun tasawuf adalah salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia.
Tasawuf bertujuan membentuk watak manusia yang memiliki sikap mental dan perilaku yang baik (akhlaqul karimah), manusia yang bermoral dan memiliki etika serta sopan santun, baik terhadap diri pribadi, orang lain, lingkungan dan Tuhan, maka semua orang wajib belajar tasawuf (tasawuf akhlaq).
Dalam perkembangannya, akhlaq dan tasawuf sama-sama saling berkaitan untuk membentuk manusia yang bermoral dan berkhlaqul karimah.

2. Pengertian Aqidah dan Syari’ah
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan secara istilah Aqidah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Adapun syariah dalam terminologi Islam merupakan syarat dan hukum dalam suatu ibadah.Syariah mencerminkan perwujudan pengamalan iman pada aspek lahiriah. Jadi, syariah adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariah Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.

B. Persamaan dan Perbedaan Antara Akhlak dan Tasawuf dengan Akidah dan Syariah
1. Persamaan dan perbedaan antara akhlak dan tasawuf
 Adapun persamaan antara akhlak dengan tasawuf antara lain; Berorientasi kepada kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT, Sama-sama berorientasi kepada kemuliaan akhlak dan kebersihan jiwa, Sama-sama mengarahkan kepada terciptanya kebaikan di dunia dan akhirat.
2. Persamaan dan Perbedaan antara aqidah dan syari’ah
‘Aqidah adalah pembenaran secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan fakta dan dalil yang qath’iy; dimana sesuatu tersebut merupakan persoalan asasi atau cabang dari persoalan asasi. Sedangkan syari’ah adalah seruan asy-syari’ yang berkaitan dengan permasalahan aktivitas hamba dan cukup baginya dalil-dalil dhanniy.

C. Hubungan Antara Akhlak dan Tasawuf dengan Akidah dan Syari’ah
1. Hubungan antara akhlak dan Tasawuf
Para ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada 3 bagian yaitu tasawuf falsafi, tasawuf akhlaki dan tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini memiliki tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri kepada allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.
Pada tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan pendekatan rasio atau akal pikiran. Sedangkan tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya terdiri dari takhalli,tahalli dabn tajalli. Sedangkan tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliayah atau wirid.
Tasawuf pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti sholat, puasa, haji, dzikir, dan lainnya. Ibadah yang dilakukan dalam rangka tasawuf itu erat hubungannya dengan akhlak.
Dalam hubungan ini Harun Nasution mengetakan bahwa ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al-Qur’an dikaitkan dengan takwa dan takwa berarti melaksanakan perintah tuhan dan menjauhi larangannya yaitu orang-orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang disebut denagn ajaran amar ma’ruf nahi munkar. Mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik.



2. Hubungan Akidah dan Syariah
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, yang kemudian ternyata orang itu adalah malaikat Jibril, menanyakan tetang arti Iman (Aqidah), Islam (Syariat), dan Ihsan (Akhlak).
         Menurut Syekh Mahmud Syaltut ketika menjelaskan tentang kedudukan akidah dan syariah menulis: Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangus syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut. Dengan demikian tidaklah akan terdapat syariat di dalam Islam, melainkan karena adanya akidah; sebagaimana syariat tidak akan berkembang, melainkan di bawah naungan akidah. Jelaslah bahwa syariat tanpa akidah laksana gedung tanpa fondasi.
Rasulullah bersabda:
لايكن احدكم أمعة يقول : انا مع الناس، ان احسن الناس احسنث وان اساءوا اسأث، ولكن وظنوا انفسكم ان حسن الناس ان ثحسنوا وان اساءوا ان ثجثنبوا اساءثهم (رواه الترذي)

“Janganlah ada di antara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia berkata: Saya ikut bersama orang-orang. Kalau orang berbuat baik, saya juga berbuat baik; dan kalau orang berbuat jahat, saya juga berbuat jahat. Akan tetapi teguhlah pendirianmu. Apabila orang berbuat baik, hendaklah kamu juga berbuat baik dan kalau mereka berbuat jahat, hendaklah kamu jauhi perbuatan jahat itu.” (HR. Turmudzi)
Ada juga yang mengatakan hubungan aqidah dengan syariat adalah hubungan di antara budi dan perangai. Dalam undang-undang budi, suatu budi yang tinggi hendaklah dilatihkan terus supaya menjadi perangai dan kebiasaan. Kalau seorang telah mengakui percaya kepada Allah dan kepada Hari Kemudian, dan telah mengakui pula percaya kepada Rasul-rasul Utusan Tuhan, niscaya dengan sendirinya kepercayaan itu mendorongnya supaya mencari perbuatan-perbuatan yang diterima dengan rela oleh Tuhan. Niscaya dia bersiap-siap sebab dia telah percaya bahwa kelak dia akan berjumpa dengan Tuhan. Niscaya dia senantiasa berusaha di dalam hidup menempuh jalan lurus. Tak obahnya dengan orang yang mengakui diri gagah berani, dia ingin membuktikan keberaniannya ke medan perang. Seseorang yang mengakui dirinya dermawan, berusa mencari lobang untuk menafkahkan harta bendanya kepada orang yang patut dibantu. Seorang yang mengakui dirinya orang jujur, senantiasa menjaga supaya perkatannya jangan bercampur bohong.





















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan sebagai berikut.
1. akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Adapun tasawuf adalah salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia
Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangus syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut.
2. akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada Tuhan), tapi dari sisi lain akhlak pun merupakan usaha manusia secara “zahiriyyah”  dan “riyadhah”.
Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangus syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut.
3. Akidah itu di dalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian di atasnya dibangus syariat. Sedang syariat itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh akidah tersebut.
‘Aqidah adalah pembenaran secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan fakta dan dalil yang qath’iy; dimana sesuatu tersebut merupakan persoalan asasi atau cabang dari persoalan asasi. Sedangkan syari’ah adalah seruan asy-syari’ yang berkaitan dengan permasalahan aktivitas hamba dan cukup baginya dalil-dalil dhanniy.

B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami Harapkan untuk proses penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA

Syukur,  Amin. 2012. Tasawuf Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rosidi.  2015. Pengantar Akhlak Tasawuf. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
https://aqidahakhlak4mts.wordpress.com/tag/pengertian-akidah-akhlak/ Diakses pada 21 Maret 2017 Pukul14:21 WIB
Rizal, Agus. 2016. Online, https://agusrizal77.wordpress.com/2016/09/27/akhlak-tasawuf-definisi-akhlak-tasawuf-persamaan-dan-perbedaan-serta-hubungan-keduanya pada 22 Maret 2017 Pukul 20.20


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Nasikh dan Mansukh

Analisis Kasus Dengan Teori Erikson

Laporan Kuliah Kerja Lapangan Bali 2018