Model Pembelajaran IDI, Dick And Carrey, PPSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran atau proses belajar-mengajar adalah proses
yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan
mencapai hasil yang diharapkan. Pengaturan ini dituangkan dalam bentuk
perencanaan mengajar. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan proyeksi atau
perkiraan mengenai apa yang akan dilakukan.
Demikian halnya dalam perencanaan mengajar
memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada
waktu melaksanakan pengajaran. Mengingat pelaksanaan pengajaran adalah
mengkoordinasi unsur-unsur (komponen) pengajaran, maka isi perencanaan pun pada
hakikatnya mengatur antara lain tujuan, bahan atau isi, metode dan alat, serta
evaluasi/penilaian.[1]
Tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan
pengajaran, artinya menentukan kemana siswa/sasaran didik akan dibawa. Bahan
atau isi berfungsi untuk memberi isi atau makna terhadap tujuan. Metode dan
alat berfungsi untuk menentukan cara bagaimana mencapai tujuan. Sedangkan
penilaian berfungis untuk mengukur seberapa jauh tujuan itu telah tercapai dan
tindakan apa yang harus dilakuakn apabila tujuan belum tercapai.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis akan
membahas lebih, di antaranya:
1.
Bagaimanakah model pembelajaran IDI?
2.
Bagaimanakah model pembelajaran Dick dan Carrey?
3.
Bagaimanakah model pembelajaran PPSI?
4.
Bagaimanakah model pembelajaran berbasis kompetensi?
5.
Bagaimanakah persamaan dan perbedaan dari model pembelajaran IDI, Dick
dan Carrey, PPSI, dan berbasis kompetensi?
C. Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah di atas, terdapat tujuan
dalam penulisan, di antaranya:
1.
Untuk mengetahui model pembelajaran IDI
2.
Untuk mengetahui model pembelajaran Dick dan Carrey
3.
Untuk mengetahui model pembelajaran PPSI
4.
Untuk mengetahui model pembelajaran berbasis kompetensi
5.
Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari model pembelajaran IDI,
Dick dan Carrey, PPSI, dan berbasis kompetensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran IDI
Pengembangan system instruksional model IDI ini
terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu merumuskan (define),
mengembangkan (develop), dan menilai (evaluate). Setiap tahapan
terbagi ke dalam tiga fungsi sehingga seluruhnya menjadi Sembilan fungsi.[2]
Fungsi pertama adalah mengidentifikasi masalah
dengan cara menilai kebutuhan. Kebutuhan atau masalah timbul dengan melihat
perbedaan (disrepancy) antara keadaan sekarang dan keadaan yang
dicita-citakan.
Fungsi kedua adalah menganalisis keadaan yang
meliputi karakteristik siswa, kondisi belajar serta sumber-sumber belajar yang
relevan.
Fungsi ketiga adalah mengatur peneglolaan
berbagai tugas, tanggung jawab, serta waktu.
Fungsi keempat adalah mengidentifikasi tujuan
instruksional yang hendak dicapai. Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu
tujuan umum (terminal objective) dan tujuan khusus (behavioral/enabling
objective).
Fungsi kelima adalah menentukan metode
instruksional sebagai upaya untuk mencapai tujuan instruksional.
Fungsi keenam adalah menyusun protipe program
instruksional sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Fungsi ketujuh adalah mengadakan uji coba
protipe proraminstruksional kepada beberapa orang rekan sebagai sampel.
Fungsi kedelapan adalah menganalisis hasil uji
coba dari protipe program instruksional.
Fungsi kesembilan adalah pelaksanaan atau
implementasi bilamana menurut hasil analisis uji coba, protipe program
instruksional sudah memadai atau telah diperbaiki.
B. Model Pembelajaran Dick dan Carrey
Dick and Carrey (1985)
memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran
adalah proses yang sistematis. Pendekatan
sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional
systems Development/ISD). Komponen
model Dick and Carrey meliputi
pembelajar, pengajar, materi dan lingkungan. Demikian pula, di lingkungan
pendidikan non formal model ini meliputi warga belajar (pembelajar), tutor
(pengajar), materi dan lingkungan pembelajaran. Semua berinteraksi dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.[3] Menurut
pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses
pengembangan dan perancangan yang berupa urutan langkah-langkah. Adapun urutan
perancangan secara lengkap sebagai berikut:
1.
Identifikasi
Tujuan Pengajaran ( Identity Instructional Goals)
Tahap awal
model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya
ketika mereka telah menyelesaikan program pengajarannya.
2.
Melakukan
Analisis Instruksional ( Conducting a Goal Analysis)
Setelah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar
yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi
keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan
menghasilkan chart atau diagram tentang keterampilan-keterampilan atau konsep
dan menunjukan keterkaitan antara keterampilan atau konsep tersebut.
3.
Mengidentifikasi
Tingkah Laku Awal atau Karakteristik Siswa ( Identity Entry Behaviours,
Characteristics)
Ketika
melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan
tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan
apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting
juga untuk diitentifikasi adalah karakteristil khusus siswa yang mungkin ada
hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
4.
Merumuskan
tujuan kinerja (Write Performance Objectives)
Berdasarkan
analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa,
selanjutnya akan di rumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan
siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
5.
Pengembangan
Tes Acuan Patokan (Development Criterian-Referenced Test Items)
Berdasarkan pada
tujuan yang dirumuskan, maka dilakukan pengembangan butir asessment
untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang di perkirakan di dalam tujuan.
6.
Pengembangan
Strategi Pengajaran (develop instructional strategy)
Informasi dari
lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas
preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang
dilakukan lewat aktivitas.[4]
7.
Mengembangkan
dan Memilih Material Pembelajaran
Pengembangan bahan
ajar merupakan sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, pengembangan bahan ajar
tentu merupakan gabungan dari berbagai komponen pembelajaran. Dick and Crey
(1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang
atau menyampaikan bahan pembelajaran yaitu, (a) pengajar merancang bahan
pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dakam bahan,
kecuali pratest dan pasca test, (b) pengajar memilih dan mengubah bahan yang
ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran, (c) pengajar tidak memakai bahan,
tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran yang telah
disusun.
8.
Merancang
dan Melaksanakan Evaluasi formatif (design and conduct formative evaluation)
Evaluasi dalam
pembelajaran merupakan bagian yang penting untuk dilakukan. Tanpa ada evaluasi
pembelajaran akan terasa hampa. Dengan adanya evaluasi guru dapat melihat
seberapa jauh anak didiknya menguasai bahan ajar yang sudah di sampaikan.
Selain evaluasi terhadap kemapuan siswa, guru juga harus dapat mengevaluasi
bahan ajar-bahan ajar yang ada dalam buku teks sebagai bahan ajar pelajaran.
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kesesuain antara bahan ajar
yang tersaji dengan tujuan yang telah di rancang.[5]
9.
Menulis
Perangkat (design and conduct summative evaluation)
Hasil-hasil
pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan.
Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas atau
diimplementasikan di kelas.
10.
Revisi
Pengajaran (instructional revitions)
Tahap ini
mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif
yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta
diinterprestasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dan
pakar.[6]
|
C. Model Pembelajaran PPSI
Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) merupakan salah satu pola dasar mengajar
yang telah dipergunakan pemerintah sebagai pola dasar terpilih (Enkoswara,
1984: 42). PPSI tak dapat dipisahkan dari kurikulum yang telah pernah
diberlakukan sejak akhir 1970-an sampai 1980-an. Bahkan PPSI masih banyak
digunakan pada kurikulum 1990-an.[7]
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang
menggunakan pendekatan sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi, yang
terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedang fungsi PPSI adalah untuk
mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematik
dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar.
PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan
yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai
suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas
sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan.
Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI, antara
lain:
1.
Merumuskan
Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil
belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan/tujuan).
2.
Pengembangan
Alat Evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal
untuk setiap tujuan).
3.
Menentukan
Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan,menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).
4.
Merencanakan
Program Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan materi pelajaran,menetapkan
metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun
program kegiatan/jadwal).
5.
Pelaksanaan,
(mengadakan pretest, menyampaikan materipembelajaran, mengadakan posttest dan
revisi).
Secara lebih rinci langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.
a)
Langkah
1: Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan
pembelajaran khusus, yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan
atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa/siswi setelah mengikuti program
pembelajaran.
b)
Langkah
2: Mengembangkan Alat Evaluasi
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sejauh mana
siswa telah menguasai kemampuan atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran tersebut.
c)
Langkah
3: Menentukan Kegiatan Belajar-Mengajar
Setelah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan,langkah selanjutnya
adalah menetapkan kegiatan belajar-mengajar, yaitu kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan
kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:
·
Merumuskan
semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
·
Menetapkan
mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan tidak perlu
ditempuh oleh siswa, dan
·
Menetapkan
kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.
d)
Langkah
4: Merencanakan Program KBM
Pada langkah ini perlu disusun strategi proses pembelajaran dengan
cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar ang dirancang secara
sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang
akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan
disampaikan.
e)
Langkah
5: Pelaksanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalampelaksanaan program ini
adalah sebagai berikut:
·
Mengadakan
pretest (Tes Awal)
Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang telah disusun pada
langkah kedua. Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan yang telah disiapkan.
·
Menyampaikan
Materi Pelajaran
Pada prinsipnya penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada
rencana yang telah disusun pada langkah keempat, yaitu “Merencanakan rencana
belajar mengajar”, baik dalam materi, metode, maupun alat yang akan digunakan.
·
Mengadakan
Posttest
Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran.
Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan pada es awal, jadi bedanya
terletak pada waktu dan fungsinya.
Tes awal (pretest) berfungsi untuk menilai kemampuan
awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan
tes akhir (posttest) berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai
penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan.[8]
D. Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Model pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan
model pembelajaran yang dikembangkan oleh Stanley Elam (1971). Dalam model ini
hasil-hasil pembelajaran dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan
perubahan terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang
dilaksanakan sebelumnya.[9]
Langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis
kompetensi adalah sebagai berikut:
1.
Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi yang mendasar
Spesifikasi asumsi-asumsi adalah suatu langkah dalam perencanaan
pembelajaran untuk mencari kemampuan awal siswa dan siswi yang akan belajar.
2.
Mengidentifikasi kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan yang diperoleh siswa-siswi sebagai akibat
mengikuti pendidikan yang telah direncanakan. Dalam perencanaan pembelajaran
perlu didefinisikan kemampuan yang harus dimiliki siswa-siswi. Menurut Ashan
(1981) dalam mulyasa (2004) analisis kompetensi dapat dilakukan melalui proses
sebagai berikut:
a.
Analisis tugas
Analisis tugas dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus
dilakukan kedalam indikator-indikator kompetensi.
b.
Pola nalisis
Dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada.
Analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada di masyarakat
dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswi.
c.
Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah kompetensi
berdasarkan hasil-hasil penelitian dan diskusi. Penelitian dan diskusi
melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan
masa yang akan dating.
d.
Pertimbangan ahli
Pertibambang ahli dimaksudkan untuk menganalisis kompetensi berdasarkan
pertimbangan para ahli. Pertimbanga ahli bisa dilakukan melalui teknik Delphi
sebagai suatu cara untuk memprediksi masa depan berdasarkan pandangan dan
analisis para pakar.
e.
Analisis berdasarkan wawancara
Cara ini dimaksudkan untuk menemukan informasi tentang kegiatan,
tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang.
f.
Bermain peran
Bermain peran dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi
berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang melakukan
peran tertentu.
3.
Menggambarkan secara spesifik kompetensi-kompetensi
Pada tahapan ini kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan lebih
diperkhusus dan dirumuskan menjadi eksplisit serta dapat diamati.
4.
Menentukan tingkatan-tingkat kriteria dan jenis assessment
Tahap ini digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Kompetensi
ada yang sederhana dan banyak juga yang kompleks, sehingga kompetensi harus
diketahui indikator-indikator ketercapaiannya.
5.
Pengelompokkan dan penyusunan tujuan pembelajaran
Pada langkah ini dilakukan penyususna
sesuai dengan urutan maksud-maksud instruksional setelah langkah 1
sampai 4 dilakukan. Yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan tujuan ini
antara lain: (1) struktur isi yang dimuat dari pengertian-pengertian sederhana
sampai dengan prinsip-prinsip yang kompleks, (2) lokasi dan fasilitas yang
diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan.
6.
Desain strategis pembelajaran
Model instruksional adalah seperangkat dengan maksud memberikan
fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi dalam rangka ini
diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai.
7.
Mengorganisasi system pengelolaan
Dalam filososfi belajar konstruktivisme kecenderungan untuk
memperhatikan pengalamaan dan minat siswa, artinya pembelajaran memberi
kesempatan seluas-luasnya bagi siswi dan siswa untuk membangun gagasan atau
pemahaman sendiri melalui pengalaman yang sudah dimilikinya.
8.
Melaksanakan percobaan program
Percobaan program dimaksudkan untuk mengetes efektifitas program,
ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan, dan efektifitas system
pengelolaan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan apa yang terdapat
dalam unsure-unsur program dalam melakukan perbaikan. Dalam keperluan ini
sebaiknya tes dilakukan pada skala kecil dulu dan selanjutnya dapat diperluas.
9.
Menilai desain program
Dalam pengembangan program perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini
sebaiknya dilakukan sejak awal dan dilakukan secara kontinyu.
10. Memperbaiki program
Langkah ini dilakukan atas dasar dasar langkah sebelumnya, yaitu
penilaian program.
E. Persamaan dan Perbedaan Model Pembelajaran
IDI, Dick dan Carrey, PPSI, dan Berbasis Kompetensi
IDI
|
Dick dan Carrey
|
PPSI
|
Berbasis Kompetensi
|
Mengembangkan 3 langkah pokok
|
Mengembangkan 10 langkah secara independen
|
Mengembangkah 5 langkah pembelajaran
|
Mengembangkan 10 langkah pembelajaran
|
· Define
· Develop
· Evaluate
|
· Identifikasi tujuan.
· Analisis pembelajaran.
· Identifikasi awal dan karakteristik.
· Merumuskan tujuan pembelajaran.
· Mengembangkan butir tes acuan kriteria.
· Mengembangkan strategi pembelajaran.
· Mengembangkan dan memilih bahan
pembelajaran.
· Merancang dan melakukan evaluasi
formatif.
· Merevisi pembelajaran.
· Melakukan evaluasi sumatif.
|
· Merumuskan tujuan.
· Mengembangkan alat evaluasi.
· Menentukan kegiatan belajar.
· Mengembangkan program kegiatan.
· Pelaksanaan.
|
· Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi
yang mendasar.
· Mengidentifikasi kompetensi.
· Menggambarkan secara spesifik
kompetensi-kompetensi.
· Menentukan tingkat-tingkat kriteria dan
jenis assessment.
· Pengelompokan dan penyusunan tujuan
pembelajaran.
· Desain strategi pembelajaran.
· Mengorganisasi sistem pengelolaan.
· Melaksanakan percobaan program.
· Menilai desain program.
· Memperbaiki program
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan
system instruksional model IDI ini terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu
merumuskan (define), mengembangkan (develop), dan menilai (evaluate).
Setiap tahapan terbagi ke dalam tiga fungsi sehingga seluruhnya menjadi
Sembilan fungsi, di antaranya: mengidentifikasi masalah, menganalisis, mengatur
pengelolaan, mengidentifikasi tujuan, pengkhususan metode, menyusun prototype,
pengujian prototype, analisis hasil, dan implementasi.
Dick and Carrey
(1985) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap
pembelajaran adalah proses yang sistematis. Pendekatan
sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional
systems Development/ISD).
PPSI
menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas,
sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu
sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan.
Model
pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Stanley Elam (1971). Dalam model ini hasil-hasil pembelajaran
dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan terhadap tujuan
pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Janawi, 2013, Metodologi dan Pendidikan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ombak Anggota IKAPI.
Rusman, 2010, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, Jakarta: PT RajaGrafindo Persqada.
Rusydiyah, Evi Fatimatur, 2009, Perencanaan Pembelajaran Edisi
Pertama, Surabaya: Lapis.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, 2009, Teknologi Pengajaran,
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto, 2007, Model
Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta:Prestasi Pustaka.
Aji, Wisnu Nugroho, 2016, “Model Pembelajaran Dick and Carrey
dalam Pembelajran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Vol. 1 No. 2.
[1] Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), Hlm. 146
[2] Nana Sudjana
dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009), Hlm. 103.
[3]Wisnu Nugroho
Aji, “Model Pembelajaran Dick and Carrey dalam Pembelajran Bahasa dan
Sastra Indonesia”. Vol. 1 No. 2, Desember 2016, 120.
[4]Trianto,M.Pd. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009) hlm 186-188
[5]Wisnu Nugroho
Aji, “Model Pembelajaran Dick and Carrey dalam Pembelajran Bahasa dan
Sastra Indonesia”. Vol. 1 No. 2, Desember 2016, 124-125.
[6]Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan
Praktek, (Jakarta:Prestasi Pustaka ,2007) hlm. 6
[7]Drs. Janawi, M. Ag., METODOLOGI dan PENDIDIKAN PEMBELAJARAN, (Yogyakarta,
Ombak (Anggota IKAPI), 2013) hlm 189
[8]Dr. Rusman, M.Pd., MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persqada. 2010) hlm. 147-151
[9] Evi Fatimatur
Rusydiyah, Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama, (Surabaya: Lapis,
2009), Hlm. 17.
Komentar
Posting Komentar