Model Pembelajaran IDI, Dick And Carrey, PPSI


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pengajaran atau proses belajar-mengajar adalah proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan. Pengaturan ini dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan proyeksi atau perkiraan mengenai apa yang akan dilakukan.
Demikian halnya dalam perencanaan mengajar memperkirakan (memproyeksikan) mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran. Mengingat pelaksanaan pengajaran adalah mengkoordinasi unsur-unsur (komponen) pengajaran, maka isi perencanaan pun pada hakikatnya mengatur antara lain tujuan, bahan atau isi, metode dan alat, serta evaluasi/penilaian.[1]
Tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pengajaran, artinya menentukan kemana siswa/sasaran didik akan dibawa. Bahan atau isi berfungsi untuk memberi isi atau makna terhadap tujuan. Metode dan alat berfungsi untuk menentukan cara bagaimana mencapai tujuan. Sedangkan penilaian berfungis untuk mengukur seberapa jauh tujuan itu telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakuakn apabila tujuan belum tercapai.

B.       Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis akan membahas lebih, di antaranya:
1.         Bagaimanakah model pembelajaran IDI?
2.         Bagaimanakah model pembelajaran Dick dan Carrey?
3.         Bagaimanakah model pembelajaran PPSI?
4.         Bagaimanakah model pembelajaran berbasis kompetensi?
5.         Bagaimanakah persamaan dan perbedaan dari model pembelajaran IDI, Dick dan Carrey, PPSI, dan berbasis kompetensi?
C.      Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah di atas, terdapat tujuan dalam penulisan, di antaranya:
1.         Untuk mengetahui model pembelajaran IDI
2.         Untuk mengetahui model pembelajaran Dick dan Carrey
3.         Untuk mengetahui model pembelajaran PPSI
4.         Untuk mengetahui model pembelajaran berbasis kompetensi
5.         Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari model pembelajaran IDI, Dick dan Carrey, PPSI, dan berbasis kompetensi




BAB II
PEMBAHASAN
A.      Model Pembelajaran IDI
Pengembangan system instruksional model IDI ini terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu merumuskan (define), mengembangkan (develop), dan menilai (evaluate). Setiap tahapan terbagi ke dalam tiga fungsi sehingga seluruhnya menjadi Sembilan fungsi.[2]
Fungsi pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan cara menilai kebutuhan. Kebutuhan atau masalah timbul dengan melihat perbedaan (disrepancy) antara keadaan sekarang dan keadaan yang dicita-citakan.
Fungsi kedua adalah menganalisis keadaan yang meliputi karakteristik siswa, kondisi belajar serta sumber-sumber belajar yang relevan.
Fungsi ketiga adalah mengatur peneglolaan berbagai tugas, tanggung jawab, serta waktu.
Fungsi keempat adalah mengidentifikasi tujuan instruksional yang hendak dicapai. Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu tujuan umum (terminal objective) dan tujuan khusus (behavioral/enabling objective).
Fungsi kelima adalah menentukan metode instruksional sebagai upaya untuk mencapai tujuan instruksional.
Fungsi keenam adalah menyusun protipe program instruksional sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan sebelumnya.
Fungsi ketujuh adalah mengadakan uji coba protipe proraminstruksional kepada beberapa orang rekan sebagai sampel.
Fungsi kedelapan adalah menganalisis hasil uji coba dari protipe program instruksional.
Fungsi kesembilan adalah pelaksanaan atau implementasi bilamana menurut hasil analisis uji coba, protipe program instruksional sudah memadai atau telah diperbaiki.

B.       Model Pembelajaran Dick dan Carrey
Dick and Carrey (1985) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional systems Development/ISD). Komponen model Dick and Carrey meliputi pembelajar, pengajar, materi dan lingkungan. Demikian pula, di lingkungan pendidikan non formal model ini meliputi warga belajar (pembelajar), tutor (pengajar), materi dan lingkungan pembelajaran. Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.[3] Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perancangan yang berupa urutan langkah-langkah. Adapun urutan perancangan secara lengkap sebagai berikut:
1.         Identifikasi Tujuan Pengajaran ( Identity Instructional Goals)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajarannya.
2.         Melakukan Analisis Instruksional ( Conducting a Goal Analysis)
Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan chart atau diagram tentang keterampilan-keterampilan atau konsep dan menunjukan keterkaitan antara keterampilan atau konsep tersebut.
3.         Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal atau Karakteristik Siswa ( Identity Entry Behaviours, Characteristics)
Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diitentifikasi adalah karakteristil khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.
4.         Merumuskan tujuan kinerja (Write Performance Objectives)
Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan di rumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran.
5.         Pengembangan Tes Acuan Patokan (Development Criterian-Referenced Test Items)
Berdasarkan pada tujuan yang dirumuskan, maka dilakukan pengembangan butir asessment untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang di perkirakan di dalam tujuan.
6.         Pengembangan Strategi Pengajaran (develop instructional strategy)
Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas.[4]
7.         Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran
Pengembangan bahan ajar merupakan sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, pengembangan bahan ajar tentu merupakan gabungan dari berbagai komponen pembelajaran. Dick and Crey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan bahan pembelajaran yaitu, (a) pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dakam bahan, kecuali pratest dan pasca test, (b) pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran, (c) pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran yang telah disusun.
8.         Merancang dan Melaksanakan Evaluasi formatif (design and conduct formative evaluation)
Evaluasi dalam pembelajaran merupakan bagian yang penting untuk dilakukan. Tanpa ada evaluasi pembelajaran akan terasa hampa. Dengan adanya evaluasi guru dapat melihat seberapa jauh anak didiknya menguasai bahan ajar yang sudah di sampaikan. Selain evaluasi terhadap kemapuan siswa, guru juga harus dapat mengevaluasi bahan ajar-bahan ajar yang ada dalam buku teks sebagai bahan ajar pelajaran. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kesesuain antara bahan ajar yang tersaji dengan tujuan yang telah di rancang.[5]
9.         Menulis Perangkat (design and conduct summative evaluation)
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas atau diimplementasikan di kelas.
10.     Revisi Pengajaran (instructional revitions)
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterprestasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dan pakar.[6]
Description: C:\Users\RIRIN\Documents\dick-carey4.jpg





Model Pembelajaran Dick and Carrey
 
 


C.      Model Pembelajaran PPSI
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) merupakan salah satu pola dasar mengajar yang telah dipergunakan pemerintah sebagai pola dasar terpilih (Enkoswara, 1984: 42). PPSI tak dapat dipisahkan dari kurikulum yang telah pernah diberlakukan sejak akhir 1970-an sampai 1980-an. Bahkan PPSI masih banyak digunakan pada kurikulum 1990-an.[7]
Description: C:\Users\RIRIN\Documents\images(12).jpg

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedang fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar-mengajar.
PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI, antara lain:
1.         Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan/tujuan).
2.         Pengembangan Alat Evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal untuk setiap tujuan).
3.         Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan,menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh).
4.         Merencanakan Program Kegiatan Belajar Mengajar, (merumuskan materi pelajaran,menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun program kegiatan/jadwal).
5.         Pelaksanaan, (mengadakan pretest, menyampaikan materipembelajaran, mengadakan posttest dan revisi).
Secara lebih rinci langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a)         Langkah 1: Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran khusus, yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa/siswi setelah mengikuti program pembelajaran.
b)        Langkah 2: Mengembangkan Alat Evaluasi
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran tersebut.
c)         Langkah 3: Menentukan Kegiatan Belajar-Mengajar
Setelah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan,langkah selanjutnya adalah menetapkan kegiatan belajar-mengajar, yaitu kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:
·           Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
·           Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan tidak perlu ditempuh oleh siswa, dan
·           Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.
d)        Langkah 4: Merencanakan Program KBM
Pada langkah ini perlu disusun strategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar ang dirancang secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan disampaikan.
e)         Langkah 5: Pelaksanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalampelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
·           Mengadakan pretest (Tes Awal)
Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang telah disusun pada langkah kedua. Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan yang telah disiapkan.
·           Menyampaikan Materi Pelajaran
Pada prinsipnya penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada rencana yang telah disusun pada langkah keempat, yaitu “Merencanakan rencana belajar mengajar”, baik dalam materi, metode, maupun alat yang akan digunakan.
·           Mengadakan Posttest
Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan pada es awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya.
Tes awal (pretest) berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir (posttest) berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan.[8]

D.      Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Model pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Stanley Elam (1971). Dalam model ini hasil-hasil pembelajaran dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya.[9]

Langkah-langkah pengembangan pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
1.         Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi yang mendasar
Spesifikasi asumsi-asumsi adalah suatu langkah dalam perencanaan pembelajaran untuk mencari kemampuan awal siswa dan siswi yang akan belajar.
2.         Mengidentifikasi kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan yang diperoleh siswa-siswi sebagai akibat mengikuti pendidikan yang telah direncanakan. Dalam perencanaan pembelajaran perlu didefinisikan kemampuan yang harus dimiliki siswa-siswi. Menurut Ashan (1981) dalam mulyasa (2004) analisis kompetensi dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut:
a.         Analisis tugas
Analisis tugas dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan kedalam indikator-indikator kompetensi.
b.        Pola nalisis
Dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada. Analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada di masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswi.
c.         Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian dan diskusi. Penelitian dan diskusi melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan masa yang akan dating.
d.        Pertimbangan ahli
Pertibambang ahli dimaksudkan untuk menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbangan para ahli. Pertimbanga ahli bisa dilakukan melalui teknik Delphi sebagai suatu cara untuk memprediksi masa depan berdasarkan pandangan dan analisis para pakar.
e.         Analisis berdasarkan wawancara
Cara ini dimaksudkan untuk menemukan informasi tentang kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang.
f.         Bermain peran
Bermain peran dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu.
3.         Menggambarkan secara spesifik kompetensi-kompetensi
Pada tahapan ini kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan lebih diperkhusus dan dirumuskan menjadi eksplisit serta dapat diamati.
4.         Menentukan tingkatan-tingkat kriteria dan jenis assessment
Tahap ini digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Kompetensi ada yang sederhana dan banyak juga yang kompleks, sehingga kompetensi harus diketahui indikator-indikator ketercapaiannya.
5.         Pengelompokkan dan penyusunan tujuan pembelajaran
Pada langkah ini dilakukan penyususna  sesuai dengan urutan maksud-maksud instruksional setelah langkah 1 sampai 4 dilakukan. Yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan tujuan ini antara lain: (1) struktur isi yang dimuat dari pengertian-pengertian sederhana sampai dengan prinsip-prinsip yang kompleks, (2) lokasi dan fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan macam-macam kegiatan.
6.         Desain strategis pembelajaran
Model instruksional adalah seperangkat dengan maksud memberikan fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi dalam rangka ini diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
7.         Mengorganisasi system pengelolaan
Dalam filososfi belajar konstruktivisme kecenderungan untuk memperhatikan pengalamaan dan minat siswa, artinya pembelajaran memberi kesempatan seluas-luasnya bagi siswi dan siswa untuk membangun gagasan atau pemahaman sendiri melalui pengalaman yang sudah dimilikinya.
8.         Melaksanakan percobaan program
Percobaan program dimaksudkan untuk mengetes efektifitas program, ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan, dan efektifitas system pengelolaan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan apa yang terdapat dalam unsure-unsur program dalam melakukan perbaikan. Dalam keperluan ini sebaiknya tes dilakukan pada skala kecil dulu dan selanjutnya dapat diperluas.
9.         Menilai desain program
Dalam pengembangan program perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini sebaiknya dilakukan sejak awal dan dilakukan secara kontinyu.
10.     Memperbaiki program
Langkah ini dilakukan atas dasar dasar langkah sebelumnya, yaitu penilaian program.

E.     Persamaan dan Perbedaan Model Pembelajaran IDI, Dick dan Carrey, PPSI, dan Berbasis Kompetensi
IDI
Dick dan Carrey
PPSI
Berbasis Kompetensi
Mengembangkan 3 langkah pokok
Mengembangkan 10 langkah secara independen
Mengembangkah 5 langkah pembelajaran
Mengembangkan 10 langkah pembelajaran
·  Define
·  Develop
·  Evaluate

· Identifikasi tujuan.
· Analisis pembelajaran.
· Identifikasi awal dan karakteristik.
· Merumuskan tujuan pembelajaran.
· Mengembangkan butir tes acuan kriteria.
· Mengembangkan strategi pembelajaran.
· Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran.
· Merancang dan melakukan evaluasi formatif.
· Merevisi pembelajaran.
· Melakukan evaluasi sumatif.
·    Merumuskan tujuan.
·    Mengembangkan alat evaluasi.
·    Menentukan kegiatan belajar.
·    Mengembangkan program kegiatan.
·    Pelaksanaan.
·    Spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi yang mendasar.
·    Mengidentifikasi kompetensi.
·    Menggambarkan secara spesifik kompetensi-kompetensi.
·    Menentukan tingkat-tingkat kriteria dan jenis assessment.
·    Pengelompokan dan penyusunan tujuan pembelajaran.
·    Desain strategi pembelajaran.
·    Mengorganisasi sistem pengelolaan.
·    Melaksanakan percobaan program.
·    Menilai desain program.
·    Memperbaiki program



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pengembangan system instruksional model IDI ini terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu merumuskan (define), mengembangkan (develop), dan menilai (evaluate). Setiap tahapan terbagi ke dalam tiga fungsi sehingga seluruhnya menjadi Sembilan fungsi, di antaranya: mengidentifikasi masalah, menganalisis, mengatur pengelolaan, mengidentifikasi tujuan, pengkhususan metode, menyusun prototype, pengujian prototype, analisis hasil, dan implementasi.
Dick and Carrey (1985) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran (Instructional systems Development/ISD).
PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Model pembelajaran berbasis kompetensi menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Stanley Elam (1971). Dalam model ini hasil-hasil pembelajaran dinilai dan dijadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya.

B.       Saran



DAFTAR PUSTAKA

Janawi, 2013, Metodologi dan Pendidikan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ombak Anggota IKAPI.
Rusman, 2010, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, Jakarta: PT RajaGrafindo Persqada.
Rusydiyah, Evi Fatimatur, 2009, Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama, Surabaya: Lapis.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, 2009, Teknologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Trianto, 2009, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto,  2007, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta:Prestasi Pustaka.
Aji, Wisnu Nugroho, 2016, “Model Pembelajaran Dick and Carrey dalam Pembelajran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Vol. 1 No. 2.



[1] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), Hlm. 146
[2] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), Hlm. 103.
[3]Wisnu Nugroho Aji, “Model Pembelajaran Dick and Carrey dalam Pembelajran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Vol. 1 No. 2, Desember 2016, 120.
[4]Trianto,M.Pd. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hlm 186-188
[5]Wisnu Nugroho Aji, “Model Pembelajaran Dick and Carrey dalam Pembelajran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Vol. 1 No. 2, Desember 2016, 124-125.
[6]Trianto,  Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta:Prestasi Pustaka ,2007) hlm. 6
[7]Drs. Janawi, M. Ag., METODOLOGI dan PENDIDIKAN PEMBELAJARAN, (Yogyakarta, Ombak (Anggota IKAPI), 2013) hlm 189
[8]Dr. Rusman, M.Pd., MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persqada. 2010) hlm. 147-151
[9] Evi Fatimatur Rusydiyah, Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama, (Surabaya: Lapis, 2009), Hlm. 17.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Nasikh dan Mansukh

Analisis Kasus Dengan Teori Erikson

Gerak Lurus