AUTISME
Autisme
terjadi pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran dimana jumlah penderita laki-laki
empat kali lebih besar dibandingkan penderita wanita.[1]
Autisme merupakan suatu kumpulan sindrom yang mengganggu saraf. Penyakit ini
mengganggu perkembangan anak, diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala tampak
dan ditunjukkan dengan adanya penyimpangan kepribadian.
Hans
sperger seorang doctor dari Austria, menyebutkan gangguan ini sebagai psikopat
autistic masa kanak-kanak. Ia menyebutkan beberapa perilaku aneh pada anak
autis. Kemudian, perilaku aneh ini dinamakan Asperger syndrome.[2]
Banyak sekali definisi yang beredar tentang autis Akan tetapi, secara garis
besar, autis adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa
kanak-kanak yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan
seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Hal seperti ini, pada anak-anak biasa
disebut dengan autis infantil.[3]
1. Ciri-ciri
anak mengidap autisme
Anak autis masih dianggap sebagai
aib atau bencana bagi sebagian keluarga. Mereka terkadang diperlakukan berbeda
dengan anak-anak normal lainnya. Mereka jarang mendapat perhatian khusus.
Para peneliti di Kanada dapat
menunjukkan bahwa perilaku tertentu pada bayi bisa meramalkan dengan cukup
akurat bahwa hal tersebut akan berkembang menjadi gejala autisme. Saat ini para
peneliti Kanada membuat instrument tersebut dan disebut sebagai autism
observation scale for infants (AOSI). Instrumen ini mengukur perkembangan bayi
dari umur enam bulan. Berikut ciri-ciri khas yang menimbulkan resiko timbulnya
autisme:
a.
Tidak mau tersenyum apabila diajak
senyum
b.
Tidak bereaksi bila namanya dipanggil
c.
Temperamen yang pasif pada umur enam
bulan dan diikuti dengan iritabilitas yang tnggi
d.
Cenderung sangat terpukau dengan benda
tertentu
e.
Interaksi sosial yang kurang
f.
Ekspresi muka yang kurang hidup
g.
Pada umur satu tahun, anak ini lebih
jelas menunjukkan gangguan komunikasi dan berbahasa
h.
Bahasa tubuhnya kurang
i. Pengertian
bahasa reseptif dan ekspresif rendah.[1]
Ditinjau dari segi perilaku,
anak-anak penderita autisme cenderung untuk melukai dirinya sendiri, tidak percaya diri, bersikap
agresif, menanggapi secara kurang atau bahkan berlebihan terhadap suatu stimuli
eksternal, dan menggerak-gerakkan anggota tubuhnya secara tidak wajar. Apabila diperhatikan,
kemampuan berbicara para penderita autisme itu sebagian darinya tidak memiliki
kemampuan tersebut. Sementara itu, yang lainnya hanya dapat mengeluarkan suara
gema-gema saja dari tenggorokan mereka.
Usia 5 tahun umumnya dipandang
sebagai titik tolak penting bagi kemampuan berbicara anak-anak penderita
autisme.[2]
Berikut ciri-ciri gangguan autism pada masa kanak-kanak:
a.
Komunikasinya tidak normal yang dapat
dilihat dari bahasanya tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotip.
b.
Ketidakmampuan untuk berempati dan
membaca emosi orang lain.
c.
Adanya gerakan-gerakan motoric aneh yang
diulang-ulang, misalnya mengepak-ngepakkan lengan, menggerak-gerakkan jari
dengan cara tertentu, dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
Komentar
Posting Komentar