GURU TRANSFORMATIF



    Orang dahulu mengatakan kalau pendidikan adalah senjata yang mematikan didunia ini. Istilah ini memang patut untuk dibenarkan. Sejak berusia antara 4-5 tahun saja, sebagian besar anak-anak sudah menginjakkan kaki disekolah walau masih bertaraf sederhana dan belum sekompleks dipendidikan berikutnya.
     Pendidikan yang kita ketahui adalah komunikasi dari guru kepada kita. Apabila guru memberikan informasi dengan “benar” maka yang diterima siswa tentu akan benar pula. Dizaman globalisasi ini, peran guru semakin dibutuhkan untuk membentuk generasi yang tangguh dalam menghadapi zaman maju ini.
     Peran tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara guru dan siswa dalam berkomunikasi lewat pembelajaran disekolah ataupun diluar sekolah. Guru sebagai pembentuk generasi tidak boleh “egois” dalam memberikan pembelajaran terhadap siswanya. Artinya, Guru dituntut mampu untuk mendewasakan diri ketika mengahadapi sikap siswanya dalam proses pembelajaran.
    Siswa memiliki berbagai macam karakter serta kepribadian unik. Hal itu kerap membuat guru-guru sering “jengkel”. Cara terampuh untuk mengatasinya hanya dengan menegur agar para siswa bisa mudah dinasehati. Namun, hal ini justru berbanding terbalik dengan apa yang terjadi saat ini didunia pendidikan. Guru menegur siswa malah dilaporkan orang tua siswa ke polisi.
     Guru seyogyanya, harus pintar-pintar dalam menyikapi situasi yang semakin rumit ini. Untuk menyikapinya tentu berbeda-beda dari guru yang satu keguru yang lainnya. Supaya lebih mudah, guru bisa menegur dengan nada kasar tetapi tidak boleh berlebihan. Sesudahnya, saat jam pelajaran telah habis guru bisa mendekati siswa secara perlahan lantas menanyakan apa masalah yang sedang dihadapi siswa hingga dirinya sampai melakukan kesalahan.
     Masalah ini akan menemukan titik terang, bila siswapun mau terbuka dengan gurunya. Siswa merasa nyaman setelah menyurahkan seluruh masalahnya kepada gurunya.  Guru pun juga memahami apa masalah siswa, sehingga mampu memberi saran terhadap siswanya. Tak sampai disini saja, banyak kasus didunia pendidikan bahwa guru sering membeberkan masalah siswanya ke guru-guru lainnya hingga semua guru tahu masalah siswa tersebut. Ini yang perlu diperhatikan oleh Guru dan siswa, mereka harus bisa menjaga kepercayaan. Terlebih lagi seoranng guru, orang tua siswa disekolah sebagai tokoh pelindung siswa setelah orang tua.
     Rasa ketenangan akan dicapai oleh kedua belah pihak apabila kepercayaan antara keduanya dapat dibangun. Sehingga proses pembelajaran disekolah dapat terleksana dengan bahagia, dan pelajaran yang disampaikan guru akan mudah di ingat oleh siswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Nasikh dan Mansukh

Analisis Kasus Dengan Teori Erikson

Laporan Kuliah Kerja Lapangan Bali 2018