Laporan Praktikum Kulit Pisang
A.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Membuat
batu baterai yang ramah lingkungan.
2.
Merancang
sumber energi alternatif yang murah dan mudah diterapkan dimasyarakat,
khususnya masyarakat daerah terpencil yang belum dialiri oleh listrik.
3.
Sebagai
proses pembelajaran tentang pemanfaatan barang bekas (sampah) sebagai sumber
energi alternatif yang terbarukan dan mempunyai nilai jual.
4.
Mengetahui bagaimana perbedaan jika baterai menggunakan kulit pisang
kering dengan baterai kulit pisang basah.
B.
DASAR
TEORI
Limbah adalah
buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang
tidak berarti dan tidak berharga namun ternyata limbah juga bisa menjadi
sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika di proses secara baik dan benar.
Dilihat dari jenisnya limbah bisa berbentuk cair, padat, gas dan limbah
beracun. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia baik itu senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah
tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.[1]
Di Indonesia banyak sekali
sampah atau limbah yang dibuang begitu saja dan mencemari lingkungan sekitar
yang sekarang menjadi masalah besar yang susah di
selesaikan. Salah satunya limbah kulit pisang dari
domestik(rumah tangga) seperti kulit pisang dan limbah industri seperti batu
baterai. Masih banyak orang yang membuang limbah kulit pisang ini tanpa
mengetahui kandungan yang tersembunyi didalamnya akibatnya mencemari lingkungan
sekitar.
Kulit pisang
mengandung karbohidrat dan kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, fosfor,
klorida, kalsium, dan besi. Karbohidrat mengandung glukosa, apabila glukosa
dicampur dengan air dan didiamkan dalam ruang kedap udara selama beberapa hari
maka akan terjadi fermentasi sehingga dapat diperoleh etanol. Etanol
lama-kelamaan akan teroksidasi menjadi asam etanoat atau asam asetat. Reaksi
yang terjadi yaitu sebagai berikut :
C6H12O6 CH3CH2OH+[O] CH3COOH
Glukosa Etanol Asam asetat
Asam asetat
merupakan salah satu jenis zat elektrolit. Dalam kulit pisang yang sudah
difermentasi memiliki sifat asam yang berasal dari kandungan asam asetat, hal
tersebut terbukti ketika pH larutan diukur dengan pHuniversal pH berkisar
antara 4-5. Selain mengandung asam asetat, kulit pisang mengandung zat
elektrolit lain seperti kalium dan garam klorida. Kalium dan garam klorida
bereaksi membentuk garam kalium klorida. Garam kalium klorida dalam air dapat
menghantarkan listrik karena dapat terionisasi. Reaksi ionisasi yang terjadi
yaitru sebagai berikut :
KCl → K+ + Cl-
Arus listrik
dapat mengalir karena seng bertindak sebagai katode (kutub +) yang bersifat
menarik ion negatif dan tembaga bertindak sebagai anode (kutub -) yang bersifat
menarik ion positif. Ketika air rendaman kulit pisang bersentuhan dengan unsur
seng dan tembaga terjadi reaksi ionisasi dalam larutan, sehingga dapat terjadi
aliran elektron yang menyebabkan arus listrik mengalir. Jika kedua elektrode
dihubungkan dengan lampu arus akan mengalir dari anode ke katode, dan lampu menyala.[2]
Selain itu kulit pisang mempunyai kandungan yang berguna sekali yaitu Magnesium dan Seng. Magnesium (Mg)
dapat bereaksi dengan diklorida dan menjadi elektrolit kuat. Jumlah Magnesium
hanyalah 15 % dari jumlah pisang keseluruhan. Pisang juga mengandung Seng (Zn)
yang merupakan elektroda positif. Jumlah kandungan Seng dalam
pisang hanya mencapai 2 %. Sehingga mineral yang paling berperan dalam
menghantarkan listrik adalah potassium atau kalium, yang bereaksi dengan garam
sodium.[3]
Baterai
merupakan aplikasi sel volta. Sel kering tersusun atas silinder seng berisi
pasta dari campuran batu kawi(Mn, salmiak(, karbon dan sedikit air. Seng
berfungsi sebagai anode(elektroda negatif, grafit yang merupakan elektrode
inert sebagai katode(elektroda positif). Limbah baterai termasuk kedalam
limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) maka agar tidak menjadi sampah, perlu
adanya pemanfaatan kembali baterai bekas.[4]Maka dari itu penulis ingin meneliti bagaimana cara untuk memanfaatkan
kulit pisang untuk bahan baku baterei kering.
C.
ALAT DAN BAHAN
Ø Alat
·
Cutter
·
Satu batang lidi kecil
·
Alat
penumbuk
Ø Bahan
·
Kulit pisang
·
Batu baterai bekas
D.
CARA KERJA
1.
Pertama siapkan semua alat
dan bahan.
2.
Setelah itu haluskan kulit
pisang (kulit pisang basah dan kering )dengan bantuan alat penumbuk.
3.
Lalu baterai bekas dibuka
penutupnya dengan menggunakan cutter dengan hati-hati agar tidak rusak. Bagian
yang harus dibuka terlebih dahulu adalah pembungkus baterai. Kemudian dibuka
bagian atas baterai. Syaratnya harus menggunakan baterai bekas yang kondisi
anode dan katodenya (seng dan karbon) masih baik, yaitu tidak berkarat.
4.
Setelah itu serbuk karbon
yang ada didalam 2 baterai berbeda kemudian dikeluarkan secara perlahan dan
hati-hati.
5.
Kemudian cuci baterai
dengan air mengalir untuk membersihkan serbuk karbon dan keringkan.
6.
Setelah kering serbuk
karbon tersebut digantikan dengan kulit pisangyang sudah dihaluskan tadi.
(masing-masing baterai diisi kulit pisang basah dan kering)
7. Terakhir, tutup kembali baterai dengan rapat.
8. Untuk mengetahui besarnya tegangan dan arus pada baterai, dapat
dilakukan uji coba dengan dipasang ke jam dinding.
E. DATA PENGAMATAN
Setelah
praktikan berhasil mengganti serbuk karbon dengan kulit pisang yang telah
dihaluskan lalu batu baterai tersebut dipasangkan ke jam dinding dan jam dinding
tersebut dapat menyala. Akan tetapi hanya bertahan selama tiga jam.
Sedangkan
jika membuat baterai menggunakan kulit pisang kering itu menyebabkan baterai
tidak menyala, karena kandungan (zat elektrolit) dalam kulit pisang yang masih
segar (basah) itu hilang.
F.
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Dari
hasil percobaan untuk mengetahui apakah kulit pisang berpotensi sebagai baterai
ternyata benar, bahwa memang kulit pisang berpotensi menjadi baterai kering
ramah lingkungan. Percobaan yang praktikan lakukan dapat membuktikan kalau
baterai kulit pisang yang dibuat oleh praktikan dapat menghasilkan listrik.
Untuk kulit pisang raja menghasilkan listrik selama 3 jam. Baterai kulit pisang
hasil percobaan praktikan dalam menghantarkan listrik tidak sesempurna seperti baterai
pada umumnya. Hal ini karena banyak faktor yang kurang mendukung penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya sarana
dan prasarana.
Kontruksi baterai kering kulit pisang sama dengan baterai biasa.
Perbedaannya hanya pada elektrolitnya. Kulit pisang mengandung beberapa mineral
yang dapat berfungsi sebagai elektrolit. Mineral yang terdapat pada kulit
pisang yang terbanyak adalah Kalium(K+).
Kulit pisang juga mengandung garam soddium yang
mengandung Klorida (Cl-)dalam jumlah sedikit. Reaksi antara Kalium dan garam
Sodium dapat membentuk garam Kalium Klorida (KCl)
Menurut Drs,Asep Jamal (2008) KCl merupakan elektrolit kuat yang mampu
terionisasi dan mampu menghantarkan arus listrik. Pisang juga mengandung
mangnesium dan Seng. Mangnesium (Mg) dapat bereaksi dengan Klorida menjadi
elektrolit kuat.
Yang dibutuhkan untuk membuat baterai kering itu asam dan di kulit
pisang asam yang dibutuhkan itu juga ditemukan, kulit pisang memiliki getah atau senyawa asam yang mampu menjadi
bahan bakar dari baterai kering. Kandungan asam ini terjadi karena kulit pisang
memiliki glukosa dan etanol sekaligus. Dalam dunia kimia, reaksi dari dua unsur
ini kemudian disebut Asam Asetat.
Kandungan Asam Asetat
inilah yang bisa menggantikan elektrolit di baterai kering. Elektrolit tersebut
terletak di dalam tubuh baterai yang posisinya mengelilingi batang karbon
baterai. Jadi jika menggunakan baterai kulit pisang
kering kemungkinan tidak menyala, dikarenakan terdapat kandungan dalam kulit
pisang seperti asam asetat, magnesium, besi, dll itu hilang, sehingga
menyebabkan baterai tidak menyala (tidak terdapat elektrolit).
G.
KESIMPULAN
Pisang biasanya hanya dimanfaatkan daging
buahnya saja. Padahal selain daging,
pelepah,serta daunnya ternyata kulit pisang juga dapat dimanfaatkan. Di dalam
kulit pisang mengandung beberapa mineral yang dapat berfungsi sebagai
elektrolit yang dapat digunakan untuk proses pengisisan battery atau aki yang
sudah mati. Tetapi, kulit pisang mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat
bertahan lama. Selain itu, jika menggunakan baterai dari kulit
pisang kering juga menyebabkan baterai tersebut tidak menyala karena kandungan
elektrolit hilang.
H.
SARAN
1.
Kita dapat memanfaatkan kulit buah pisang yang
selama ini sangat sedikit manfaatnya dapat dikembangkan menjadi suatu objek
yang sangat bermanfaat seperti sebagai sumber arus listrik.
2.
Jangan membuang kulit pisang sembarangan dan
lebih memanfaatkannya sebagai sumber energi yang efektif.
3.
Diharapkan adanya penelitian yang lebih lanjut
mengenai manfaat dari kulit pisang tersebut.
I.
LAMPIRAN
a. Alat dan Bahan
b. Proses Pembuatan
Praktek dengan kulit
pisang kering
DAFTAR PUSTAKA
Justiana,
Sandiri dan Muchtaridi. 2009.Kimia 3 SMA Kelas XII.
Jakarta: Yudistira.
Muhlisin M, dkk. 2010. Pemanfaatan
Sampah Kulit Pisang dan Kulit Durian Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Pasta
Batu Baterai. Bandar Lampung
: Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung
Http://smpn1baturaden.wordpress.com/2009/05/15/kir-pemanfaatan-kulit-pisang-sebagai-bahan-baku-baterai-kering/
[2]Muh. Muhlisin1, Noer
Soedjarwanto2, M. Komarudin3, Pemanfaatan Sampah Kulit Pisang dan Kulit Durian
Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Pasta Batu Baterai, (Bandar Lampung :
Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung), 138-139
[3]http://smpn1baturaden.wordpress.com/2009/05/15/kir-pemanfaatan-kulit-pisang-sebagai-bahan-baku-baterai-kering/
di akses hari Minggu 5 November 2017 pukul 12.05 WIB
Komentar
Posting Komentar