Materi Pendidikan
A.
Surat Luqman Ayat 12-19
1.
Ayat Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 12-19
وَلَقَدْ
اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ
فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِه ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ (١٢)
وَإِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ
ۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (۱۳) وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
ۚ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهُ فِي عَامَيْنِ اَنِ
اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيرُ (۱٤) وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰۤى اَنْ
تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى
الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖ وَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ ۚ ثُمَّ اِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (۱۵) يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ
اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى
السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللهَ لَطِيفٌ
خَبِيرٌ (۱٦) يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَاۤ اَصَابَكَ ۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
(۱٧) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًا ۗ اِنَّ
اللهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ ۚ (۱٨) وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ
وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19)
2.
Mufrodat (Kosa Kata)
الْحِكْمَةَ
|
Hikmah
|
مُخْتَالٍ
|
Orang
yang sombong
|
يَعِظُهُ
|
Member
pelajaran kepadanya
|
فَخُورٍ
|
Kebanggaan
diri
|
وَهْنًا
|
Kelelahan
|
وَاقْصِدْ
|
Dan
sederhanakanlah
|
وَفِصَالُهُ
|
Dan
ia menyapihnya
|
وَاغْضُضْ
|
Dan
lunakkanlah
|
تُصَعِّرْ
|
Kau
memalingkan
|
أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ
|
Seburuk-buruk
suara
|
مَرَحًا
|
Angkuh
|
|
|
3.
Terjemahan
Ayat 12. Dan sungguh,
telah kami berikan hikmah kepada lukman, yaitu, “ Bersyukurlah kepada Allah!
Dan barang siapa bersyukur, maka seseungguhnya dia bersyukur untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya, Maha Terpuji.
Ayat 13. Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Ayat 14. Dan kami
perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya.
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Ayat 15. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah ke-duanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya
kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.
Ayat 16. (Lukman berkata),
“wahai anakku! Sunguh, jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya
Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti.
Ayat 17. Wahai
anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah
(mereka) dari yang mungkar dan bersabarkanlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
Ayat 18. Dan janganlah
kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di
bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Ayat 19. Dan sederhanakanlah
dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai.[1]
4.
Tafsir
Ayat 12.
Menerangkan bahwa Allah menganugerahkan kepada Lukman hikmah, yaitu perasaan
yang halus, akal pikiran dan kearifan yang dapan menyampaikannya kepada
pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju kebahagiaan abadi. Oleh
karena itu, ia
bersyukur kepada Allah yang telah memberinya nikmat itu. Hal itu menunjukan
bahwa pengetahuan dan ajaran-ajaran yang disampaikan Lukman itu bukanlah
berasal dari wahyu yang diturunkan Allah kepadanya, tetapi semata-mata berdasarkan
ilmu dan hikmah yang telah dianugerahkan Allah kepadanya.
Pada
akhir ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang yang bersyukur kepada Allah,
berarti ia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri. Sebab, Allah akan
menganugerahkan kepadanya pahala
yang banyak karena syukurnya itu. Allah berfirman:
وَمَنْ
شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِه ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
Barang
siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.
(an-Naml/27:40)
Ayat 13.
Allah mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Lukman
kepada putranya ketika ia memberikan pelajaran kepadanya. Nasihat itu ialah ,
“Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) benar-benar kezaliman yang
besar.”
Jika diperhatikan susunan kalimat ayat
ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Lukman melarang anaknya menyekutukan
Tuhan. Larangan ini adalah sesuatu yang memang patut disampaikan Lukman kepada
putranya karena menyekutukan Allah perbuatan dosa yang paling besar.
Ayat 14.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua
orang tuannya dengan berusaha melaksanakan perintah-perintahnya dan mewujudkan
keinginannya. Pada ayat-ayat lain, Allah juga memerintahkan yang demikian
firmannya:
وَقَضٰى
رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْا اِلاَّۤ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًا
Dan tuhanmu telah memerintahkan agar
kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. (al-Isra’,
17:23)
Hal-hal yan menyebabkan seorang anak
diperintahkan berbuat baik kepada ibu adalah:
a.
Ibu mengandung seorang anak sampai ia
dilahirkan. Selama masa mengandung itu, ibu menahan dengan sabar penderitaan
yang cukup berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia melahirkan. Kekuatan barunya
baru pulih setelah habis masa nifas.
b.
Menysui anaknya sampai usia dua tahun.
Banyak penderiataan dan kesukaran yang dialami dalam masa menyusukan anaknya.
Hanya Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.
Dalam
ayat ini yang disebutkan hanya alasan mengapa seorang anak harus taat dan
berbuat baik kepada ibunya, tidak disebutkan apa sebabnya seorang anak harus
taat dan berbuat baik kepada bapaknya. Hal ini menunjukkan bahwa kesukaran dan
penderitaan ibu dalam mengandung, memelihara, dan mendidik anaknya jauh lebih
berat bila dibandingkan dengan penderitaan yang dialami bapak dalam memelihara
anaknya. Penderitaan itu tidak hanya berupa pengorbanan sebagian dari waktu
hidupnya untuk memelihara anaknya tapi juga penderitaan jasmani dan rohani.
Seorang ibu juga menyediakan zat-zat penting dalam tubuhnya untuk makan anaknya
selama anaknya masih berupa janin di dalam kandungan.
Pada
akhir ayat ini, Allah memperingatkan bahwa manusia akan kembali kepada-Nya,
bukan kepada orang lain. Pada saat itu, dia akan memberikan pembalasan yang
adil kepada hamba-hamba-Nya. Perbuatan baik akan dibalas pahala yang berlipat
ganda berupa syurga, sedangkan perbuatan jahat akan dibalas dengan azab neraka.
Ayat 15.
Menerangkan
bahwa dalam hal tetentu, seorang anak dilarang menaati ibu bapaknya jika mereka
memerintahkannya untuk menyukutukan Allah, yang dia sendiri memang tidak
mengetahui bahwa Allah mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu
bagi-Nya. Sepanjang pengetahuan manusia, Allah tidak mempunyai sekutu. Karena
menurut naluri, manusia harus mengesakan Tuhan.
Selanjutnya
Allah memerintahkan agar seorang anak tetap bersikap baik kepada kedua ibu
bapaknya dalam urusan dunia, seperti menghormati, menyenangkan hati, serta
memberi pakaian
dan tempat tinggal
yang layak baginya,
walaupun mereka memaksanya mempersekutukan tuhan atau melakukan dosa yang lain.
Pada
ayat lain diperingatkan bahwa seorang anak wajib mengucapkan kata-kata yang
baik kepada ibu bapaknya. Jangan sekali kali bertindak atau ,mengucapkan
kata-kata yang menyinggung hatinya, sekalipun hanya kata-kata “ah”. Allah
berfirman:
فَلاَ
تَقُلْ لَهُمَا اُفٍّ
…. Maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.
(al-Isra’/17:23)
Pada
akhir ayat ini kaum muslimin diperintahkan agar mengikuti jalan orang yang
menuju kepada Allah, Tuhan Yang Maha Semesta, dan tidak mengikuti orang yang
menyekutukan-Nya dengan makhluk.
Kemudian ayat ini ditutup dengan perintah dari Allah bahwa hanya kepadanya
manusia kembali, dan dan ia akan memberitahuakan apa-apa yang telah mereka kerjakan
selama hidup didunia.
Ayat 16.
Lukman berwasiat kepada anaknya agar beramal dengan baik karena apa yang
dilakukan manusia, dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang tampak
dan yang tidak tampak, yang terlihat dan yang tersembunyi, baik dilangit maupun
yang dibumi, pasti diketahui Allah. Oleh karena itu, Allah pasti akan
memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu. Perbuatan baik
akan dibalas dengan surge, sedangkan perbuatan jahat dan dosa akan dibalas
dengan neraka. Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu dan tidak ada yang
luput sedikitpun dari pengetahuan-Nya.
Ayat 17.
pada ayat ini, Lukman mewasiatkan kepada anaknya hal-hal berikut :
a.
Selalu mendirikan sholat dengan
sebaik-baiknya, sehingga diridhoi Allah. Jika sholat yang dikerjakan itu
diridhoi Allah, perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah, jiwa
menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka
tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan, dan merasa dirinya semakin dekat
dengan Tuhannya.
b.
Berusaha mengajak manusia mengerjakan
perbuatan-perbuatan baik yang diridhoi Allah, berusaha membersihkan jiwa, dan
mencapai keberuntungan, serta mencegah mereka agar tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan
dosa.
c.
Selalu bersabar dan tabah terhadap
segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan
meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan
dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.
Pada
akhir ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan tiga hal tersebut diatas
karena merupakan pekerjaan yang amat besar faedahnya bagi yang
mengerjakannyadan member manfaat didunia dan di akhirat
Ayat
18-19. Kedua ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Lukman kepada
anaknya, yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik, dengan cara:
·
Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan
sombong, membanggakan diri dan memandang rendah orang lain.
·
Hendaklah berjalan secara wajar, tidak
dibuat-buat dan kelihatan angkuh atau sombong, dan lemah lembut dalam
berbicara, sehingga orang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tentram
hatinya.bebicara dengan sikap kers, angkuh, dan sombaong dilarang Allah karena
gaya bicara yang semacam itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga.
Hal itu di ibaratkan Allah dengan suara keledai yang tidak nyaman didengar.[2]
5.
Asbabun Nuzul
Pada ayat 12-19 dari surat Luqman, tidak ditemukan sebab turunnya
ayat tersebut, namun dalam ayat ke 13 dalam tafsir al-Misbah diriwayatkan bahwa
Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika datang ke Makkah. Ia adalah seorang yang
cukup terhormat di kalangan masyarakatnya. Lalu Rasulullah mengajaknya untuk
memeluk agama Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah, “Mungkin apa yang ada
padamu itu sama dengan yang ada padaku.” Rasulullah berkata, “Apa yang
ada padamu?” Ia menjawab, “Kumpulan hikmah Lukman.” Kemudian
Rasulullah berkata, “Sungguh perkataan yang amat baik ! Tetapi apa yang ada
padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Qur’an yang diturunkan Allah kepadaku
untuk menjadi petunjuk dan cahaya.” Rasulullah lalu membacakan al-Qur’an
kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam.[3]
Kemudian menurut Sayid Qutb bahwa ayat 13 yang menjelaskan tentang
tauhid, inilah hakikat yang ditawarkan oleh nabi Muhammad saw kepada kaumnya.
Namun, mereka menentangnya dalam perkara itu, dan meragukan maksud baiknya di
balik tawarannya. Mereka takut dan khawatir bahwa di balik tawaran itu terdapat
ambisi Muhammad SAW. untuk merampas kekuasaan dan kepemimpinan atas mereka.
Kemudian pada ayat ke 14 dan 15 menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan
dahsyat. Seorang ibu yang dengan tabiatnya harus menanggung beban yang lebih
berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang
hati dan cinta yang lebih dalam, lembut, dan halus. Diriwayatkan oleh Hafidz
Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya dengan sanadnya dari Buraid dari ayahnya
bahwa seseorang sedang berada dalam barisan tawaf menggendong ibunya untuk
membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya kepada Nabi Muhammad saw, “Apakah
aku telah menunaikan haknya?” Rasulullah
menjawab, “Tidak, walaupun satu tarikan nafas.”[4]
Diriwayatkan bahwa ayat 15 ini diturunkan berhubungan dengan Sa’ad
bin Abi Waqqas, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa
beliau tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu.
Untuk itu pada hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi
beliau menolaknya dan tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua, aku
juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada
pendiriannya. Pada hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan
minum, tetapi tetap menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, Demi
Allah, seandainya ibu mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan
saya sampai ibu mati, aku tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini.
Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliaupun mau
makan.”[5]
6.
Kesimpulan
a.
Allah telah
memberikan hikmah dan kearifan kepada Lukman. Oleh karena itu, ia selalu
bersyukur dan memanjatkan puji kepada-Nya.
b.
Bersyukur
kepada Allah bukan untuk kepentingan-Nya, tetapi faedahnya akan diperoleh orang
yang bersyukur itu sendiri, karena Allah akan menambah nikmat kepada orang yang
bersyukur kepada-Nya.
c.
Lukman
mewasiatkan kepada anaknya hal-hal berikut:
Mengesakan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain; berbakti
kepada orang tua sepanjang keduanya tidak menyuruh berbuat maksiat kepada Allah;
beramal soleh; selalu medirikan salat; mengajak manusia berbuat makruf dan
mencegah dari perbuatan munkar; dan tidak sombong.
B.
Surat
Al-Gasyiyah Ayat 17-20
1.
Ayat Al-Qur’an Surat
Al-Gasyiyah Ayat 17-20
أَفَلَا
يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (١٧) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ
رُفِعَتْ (١٨) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (٢٠)(١٩) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
2.
Mufrodat
يَنْظُرُونَ
|
Mereka melihat/memperhatikan
|
الْجِبَالِ
|
Gunung
|
الْإِبِلِ
|
Unta
|
نُصِبَتْ
|
Ditegakkan
|
خُلِقَتْ
|
Diciptakan
|
الْأَرْضِ
|
Bumi
|
السَّمَاءِ
|
Langit
|
سُطِحَتْ
|
Dihamparkan
|
رُفِعَتْ
|
Ditinggalkan
|
|
|
3.
Terjemahan Ayat
Ayat 17. Maka tidaklah
mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
Ayat 18. Dan langit,
bagaimana ditinggikan?
Ayat 19. Dan
gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
Ayat 20. Dan bumi
bagaimana dihamparkan?
4.
Tafsir
Dalam ayat
17-20 ini, Allah mempertanyakan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana
unta, yang ada di depan mata mereka dan dipergunakan setiap waktu, diciptakan. Bagaimana
pula langit yang berada di tempat yang tinggi tanpa tiang; bagaimana
gunung-gunung dipancangkan dengan kukuh, tidak bergoyang dan dijadikan petunjuk
bagi orang yang dalam perjalanan. Di atasnya terdapat danau dan mata air yang
dapat dipergunakan untuk keperluan manusia, mengairi tumbuh-tumbuhan, dan
member minum binatang ternak. Bagaimana pula bumi dihamparkan sebagai tempat
tinggal bagi manusia.[6]
Apabila mereka
telah memperhatikan semua itu dengan seksama, tentu mereka akan mengakui bahwa
penciptanya dapat membangkitkan manusia kembali pada hari Kiamat.
5.
Asbabun Nuzul
Sebab turunnya
ayat tersebut adalah ketika turun ayat tentang siksaan neraka dan nikmat surga
di awal surat Al Ghasyiyah, orang-orang kafir takjub dan menganggap aneh hal
itu maka Allah menurunkan ayat lanjutannya yang menyuruh memperhatikan
benda-benda di alam sekitar agar bisa memahami kebenaran akan akhirat nanti. At
Tabrisyi mengemukakan sebuah hadist dari Ubay bin Ka'ab bahwa Nabi Muhammad
Saw.bersabda, "Barang siapa membaca surat Al Ghasyiyah maka Allah
menghisabnya dengan hisab yang ringan."[7]
6.
Kesimpulan
a. Hendaknya manusia memperhatikan bagaimana Tuhan menciptakan
makhluk-mahkluk-Nya
b. Mereka mengakui bahwa penciptanya dapat membangkitkan mereka
kembali pada hari Kiamat.
C.
Hadits
1.
Hadits
Kewajiban Ayah Terhadap Anaknya
حَقُّ
الْوَلَدِ عَلٰى وَالِدِهِ أَنْ يُحْسِنَ اسْمَهُ وَأَدَبَهُ؛ وَأَنْ يُعَلِّمَهُ الْكِتَابَةَ
وَالسِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةِ؛ وَأَنْ لاَ يَرْزُقَهُ إِلاَّطَيِّبًا، وَأَنْ
يُّزَوِّجَهُ إِذَا أَدْرَكَ. (رواه الحاكم)
2.
Mufrodat
(Kosa Kata)
وَالسِّبَاحَةَ
|
Dan berenang
|
وَالرِّمَايَةِ
|
Dan memanah
|
3.
Terjemahan
Hadits
Kewajiban
seorang ayah terhadap anaknya, hendaknya ia member nama yang baik dan
mendidiknya dengan baik, hendaknya mengajarkan menulis, berenang, dan memanah, hendaknya
tidak memberikan nafkah kecuali rezeki yang halal dan hendaknya menikahkannya
apabila usiannya telah cukup.[8]
4.
Tafsir Hadits
Idzaa adraka ( إِذَ أَدْرَكَ ), apabila si anak telah mencapai usia baligh, maksutnya telah
mencapai usia yang cukup matang untuk kawin.
Yang dimaksud
dengan mengajri anak untuk berenang dan memanah ialah sebagai latihan sejak
usia dini agar bila anak tersebut dewasa dapat berjuang di jalan Allah.
Thayyiban ( طَيِّبًا ), yang baik, maksudnya
rezeki yang halal. Dikatakan demikian karena dalam hadis lainNabi Saw. pernah
bersabda: “ Daging yang tumbuh dari hasil yang haram, tempat yang paling layak
untuknya ialah neraka.”
Kewajiban orang
tua terhadap anaknya ada empat perkara, yaitu memberikan nama yang baik dan
mendidiknya dengan akhlak yang baik, mengajarinya menulis (dan membaca),
berenang, dan memanah, memberikan nafkah dari hasil yang halal, dan
mengawinkannya bila telah cukup usia.
5.
Kesimpulan
Dalam hadits
ini seorang anak berhak memiliki 4 aspek pendidikan dari orang tuanya yaitu:
a.
Pendidikan
menulis. Dalam pendidikan menulis, anak bisa menggunakan tangannya untuk
berekspresi dan mengenal huruf-huruf bacaan sehingga dapat mengembangkan
wawasan anak.
b.
Pendidikan
berenang. Berenang dianjurkan agar anak dapat menjalankan kehidupan seimbang,
untuk mempertahankan hidup, dan melatih mental untuk bertahan dan melindungi
diri agar tidak tenggelam, tidak mudah menyerah. Sehingga dapat menanamkan
kesabaran anak.
c.
Pendidikan
memanah. Memanah dianjurkan untuk menanamkan rasa patriotisme dan
bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan hidup.
d.
Pendidikan
ekonomi. Pendidikan di mana orang tua di anjurkan dapat memberikan rizki yang
halal, karena rizki yang di dapat dan di nikmati oleh anak akan mempengaruhi
terhadap keadaan serta karakter di masa depannya atau masa yang akan dating.
Daftar Pustaka
Kementrian
Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jilid VII,
hlm. 547-557
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, Vol. 10, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 125
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad
Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta :
Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI, hlm.174
Kementrian
Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jilid X Juz
28-29-30. hlm. 647.
Sayyid Ahmad
Al-HAsyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits (Hadis-hadis Pilihan Berikut
Penjelasannya), (Bandung: CV. Sinar Baru, 1993), hlm.416
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1993, Tafsir Al-Maraghi Juz
XXX, terjemah oleh Bahrun Abu Bakar, Semarang: TOHA PUTRA.
[1] Kementrian
Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jilid VII Juz
19-20-21, hlm. 545-546
[2] Kementrian
Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jilid VII Juz
19-20-21, hlm. 547-557
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, Vol. 10, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 125
[4] Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad
Yasin dan Abdul Aziz Salim basyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta :
Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI, hlm.174
[5] Kementrian
Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), jilid VII
Juz 19-20-21. hlm. 553-554
[6] Kementrian
Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya jilid X Juz 28-29-30, (Jakarta: Lentera
Abadi, 2010),. hlm. 647.
[7] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Juz XXX,
terjemah oleh Bahrun Abu Bakar (Semarang: TOHA PUTRA, 1993). hlm. 138.
[8] Sayyid Ahmad
Al-HAsyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits (Hadis-hadis Pilihan Berikut
Penjelasannya), (Bandung: CV. Sinar Baru, 1993), hlm.416
Buat yang pake Permata Bank, coba lihat nih Setelah Cek Saldo Bank Permata Lakukan 8 Hal Ini
BalasHapus