Sejarah Pendidikan
A. Pendahuluan
Sejarah penddikan merupakan suatu
proses belajar mengajar yang membiasakan kepada warga masyarakat sedini mungkin
untuk menggali, memahami dan mengamalkan semua nilai yang disepakati sebagai
nilai yang terpujikan dan dikehendaki, serta berguna bagi kehidupan dan
perkembangan ciri pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Islam
sendiri adalah proses bimbingan terhadap peserta didik ke arah terbentuknya
pribadi muslim yang baik (insan kamil).[1]
B. Ayat Al Qur’an dan Hadits
1. Surat Al-Baqarah ayat 30-31
2.
Surat
Al-Alaq ayat 1-5
3. Hadist
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ ص.م.
يَوْمًا فَقَالَ : يَا غُلَامُ اِنِّى اُعَلّمُكَ كَلِمَاتٍ اِحْفَضِ اللهَ
يَحْفَظْكَ, اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ, اِذَا سَاَلْتَ فَسْاَلِ اللهَ,
وَاِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ, وَاعْلَمْ اَنَّ الْاُمَّةَ
لَوَاجْتَمَعَتْ عَلَى اَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ اِلَّا
بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ, وَاِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى اَنْ يَضُرُّوْكَ
بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ اِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ,
رُفِعَتِ الْاَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ. (رواه الترمذي وقال : حديث حسن
صحيح)
C.
Kosakata
(Mufradat)
1.
Surat
Al-Baqarah ayat 30-31
ä!$oÿôF{$# : Secara
bahasa berarti istilah atau sesuatu yang bisa diketahui dengan menyebut
namanya.
7oY»ysö6ß : Maha Suci Engkau (Allah)
LìÎ=yèø9$# : Ialah zat
yang tak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya
LìÎÅ3ptø:$# : Yang Maha
Bijaksana dalam penciptaan-Nya
2.
Surat
Al-Alaq ayat 1-5
&tø%$# : Bacalah
7În/uOó$$Î/ : Dengan menyebut nama Tuhanmu
t,n=y{Ï%©!$# : Yang
menciptakan
t`»|¡SM}$#,n=y{ : Dia telah
menciptakan manusia
z`»|¡SM}$#O¯=tæ : Dia mengajarkan kepada manusia
óLs>÷ètOs9 :
Apa yang tidak diketahuinya
3.
Hadits
a. غُلَام asalnya ىَا غُلَامي : Wahai anakku! Seorang anak yang berusia sejak pisah dari
susu ibu (disapih) sampai dengan baligh (remaja).
b. كَلِمَاتٍ : Beberapa kalimat. Berbentuk jam’qillah
(sedikit) untuk memudahkan hafalan. Kata tersebut ditanwinkan karena memberikan
makna agung permasalahannya, sekalipun beberapa kata saja dan inilah yang
disebut kalimat universal (jawami ‘al-kalim)
c. اِحْفَظِ الله : peliharalah Allah, artinya memelihara
agama-Nya yakni dengan melazimi takwa, menjalankan segala perintah dan
menjauhkan segala larangan-Nya.
d. تُجَاهَك : Bersamamu (bersama Allah) artinya dipelihara, diperkuat
dan ditolong Allah.
e. اسْتَعَنْتَ : Engkau minta tolong pada urusan agama.
f. الْاُمَّةَ : Jemaah dan pengikut para nabi, disini dimaksudkan seluruh
makhluk.
g. رُفِعَتِ الْاَقْلَامُ : Pena terangkat,
artinya tidak ada tulisan tidak ada qada’.
h. الصُّحُفُ : Lembaran-lembaran yang tertulis segala keputusan (qada
Allah) alam semesta di lawh al-mahfuzh.
D. Terjemahan.
1. Surat Al-Baqarah ayat 30-31
Ayat 31 : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"
Ayat 32 : Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Ayat 33 : Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,
bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
2. Surat Al-Alaq ayat 1-5
Ayat 1 : Bacalah dengan (Menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Ayat 2 : Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Ayat 3 : Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia.
Ayat 4 : Yang mengajarkan (manusia) dengan pena.
Ayat 5 : Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
3. Hadist
Dari Ibnu Abbas r.a.
Berkata : “Pada suatu hari saya (membonceng) dibelakangi Nabi SAW kemudian
beliau bersabda : “Wahai pemuda sesungguhnya saya akan mengajarkan beberapa
kalimat (hal) kepadamu : peliharalah perintah Allah niscaya Allah akan
memelihara kamu, jagalah larangan Allah niscaya kamu akan mendapatkan Allah
selalu berada di hadapanmu. Apabila kamu meminta maka mintalah kepada Allah.
Apabila kamu memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah olehmu, bahwa seandainya umat manusia berkumpul dan bersepakat untuk
memberikan sesuatu pertolongan kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat
memberikan pertolongan kepadamu kecuali sesuatu yang telah ditetapkan oleh
Allah atas kamu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, maka
mereka tidak akan mampu mencelakakan kamu sedikit pun juga kecuali sesuatu yang
telah ditetapkan oleh Allah atas kamu.” Pena telah terangkat dan
tulisan-tulisan pada buku catatan telah kering.” (HR. Al-Turmudzi dan ia
berkata Hadits Hasan Shahih)
E. Tafsir
1. Surat Al-Baqarah ayat 31-33
Ayat 31 : Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt mengajarkan kepada
Adam as nama-nama tugas dan fungsinya seperti Nabi dan Rasul, tugas dan
fiungsinya sebagai pemimpin umat. Manusia memang makhluk yang dapat dididik,
bahkan harus dididik, karena ketika baru lahir bayi menusia tidak dapat berbuat
apa-apa, anggota badan dan otak serta akalnya masih lemah. Tetapi setelah
melalui proses pendidikan bayi manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa itu
kemudian berkembang dan melalui pendidikan yang baik apa saja dapat dilakukan
manusia.
Adam sebagai manusia pertama dan
belum ada manusia lain yang mendidiknya, maka Allah secara langsung mendidik
dan mengajarinya. Apalagi Adam dipersiapkan untuk menjadi khalifah yaitu
pemimpin di bumi. Tetapi cara Allah mendidik dan mengajar Adam tidak seperti
manusia yang mengajar sesamanya, melainkan dengan mengajar secara langsung dan
memberikan potensi kepadanya yang dapat berkembang berupa daya pikirnya
sehingga memungkinkan untuk mengetahui semua nama yang di hadapannya.
Setelah nama-nama itu diajarkan-Nya
kepada Adam, maka Allah memperlihatkan benda-benda itu kepada para malaikat dan
diperintahkan-Nya agar mereka menyebutkan nama-nama benda tersebut yang telah
diajarkan kepada Adam dan ternyata mereka tidak dapat menyebutkannya. Hal ini
memeperlihatkan keterbatasan pengetahuan para malaikat itu dan agar mereka
mengetahui keunggulan Adam sebagai manusia terhadap mereka, dan agar mereka
mengetahui ketinggian hikmah Allah dalam memilih manusia sebagai khalifah. Hal
ini juga menunjukkan kebenaran dankeadilan dimuka bumi ini memerlukan
pengetahuan yang banyak dan kemampuan serta daya piker yang kuat.
Ayat 32 : Setelah para malaikat menyadari kurangnya ilmu pengetahuan
mereka, karena tidak dapat menyebutkan sifat makhluk-makhluk yang ada dihadapan
mereka, maka mereka mengakui terus terang kelemahan diri mereka dan berkata
kepada Allah bahwa Dia Mahasuci dari segala sifat-sifat kekurangan, yang tidak
layak bagi-Nya, dan mereka menyatakan tobat kepada-Nya. Mereka pun yakin bahwa
segala apa yangbdilakukan Allah tentulah berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya yang
Mahatinggi dan Mahasempurna, termasuk masalah pengangkatan Adam menjadi
khalifah. Mereka mengetahui bahwa ilmu pengetahuan mereka hanyalah terbatas kepada
apa yang diajarkan-Nya kepada mereka. Dengan demikian lenyaplah keragu-raguan
mereka tentang hikmah Allah dalam
pengangkatan Adam menjadi khalifah di bumi.
Ayat 33 : setelah para malaikat ternyata tidak tahu dan tidak dapat
menyebutkan nama benda-benda yang diperlihatkan Allah kepada mereka, maka Allah
memerintahkan kepada Adam as untuk memberitahukan nama-nama tersebut kepada
mereka. Adam melaksanakan perintah itu lalu diberitahukannya nama-nama tersebut
kepada mereka.
Kemudian, setelah Adam as selesai
memberitahukan nama-nama tersebut kepada malaikat, dan diterangkannya pula
sifat-sifat dan keistimewaan masing-masing makhluk itu, maka Allah berfirman
kepada para malaikat bahwa Dia pernah mengatakan kepada mereka bahwa
sesungguhnya Dia mengetahui pula apa-apa yang mereka nyatakan dengan
ucapan-ucapan mereka dan pikiran-pikiran yang mereka sembunyikan dalam hati
mereka. Dia menciptakan sesuatu tidak lah dengan sia-sia, melainkan berdasarkan
ilmu dan hikmah-Nya.
Dalam masalah pengangkatan Adam as sebagai khalifah dibumi
terkandung suatu makna yang tinggi dari hikmah illahi yang tak diketahui oleh
para malaikat. Mereka tidak mengetahui rahasia-rahasia alam, serta ciri khas
yang ada pada masing-masing makhluk, sebab para malaikat sangat berbeda dengan
keadaannya dengan manusia. Mereka tidak mempunyai kebutuhan apa-apa, seperti
sandang, pangan, harta benda. Maka seandainya malaikat yang dijadikan penghuni
dan penguasa dibumi ini niscaya tak akan ada sawah dan ladang, tak akan ada
pabrik dan tambang-tambang, tak akan ada gedung yang tinggi menjulang. Juga
tidak akan lahir bermacam-macam ilmu pengetahuan dan teknlogi seperti yang
telah dicapai umat manusia sampai sekarang ini yang hampir tak terhitung
jumlahnya.
Dengan kekuatan akalnya, manusia
dapat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang terus berkembang serta dapat
melakukan hal-hal yang hampir tak terhitung jumlahnya. Dengan kekutan itu,
manusia dapat menumukan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya. Dia dapat
mengolah tanah yang gersang menjadi tanah yang subur. Dengan bahan-bahan yang
tersedia di bumi ini manusia dapat membuat variasi-variasi baru yang belum
pernah ada. Pengawinan antar kuda dan keledai, melahirkan hewan jenis baru yang
belum pernaha ada sebelumnya yaitu hewan yang disebut “bagal”.
Adapun para malaikat, mereka tidak
mempunyai hawa nafsu yang akan mendorong mereka untuk bekerja mengolah
benda-benda ala mini dan memanfaatkannya untuk kepentingan hidup mereka. Oleh
karena itu, apabila mereka yang telah dikaruniai kekuatan akal serta bakat-bakat
dan kemampuan yang demikian diangkat menjadi khalifah di bumi, maka hal ini
adalah wajar, dan menunjukkan pula kesempurnaan ilmu dan ketinggian hikmah
Allah swt dalam mengatur makhluk-Nya.[2]
2. Surat Al-Alaq ayat 1-5
Ayat 1 : Allah memerintahkan manusia membaca (mempelajari,
meneliti, dan sebagainya) apa saja yang telah ia ciptakan, baik ayat-ayat-Nya
yang tersurat (qauliyah), yaitu Al-Qur’an dan ayat-ayat-Nya yang tersirat,
maksudnya alam semesta (kauniyah). Membaca itu harus dengan nama-Nya, artinya
karena Dia dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dengan demikian tujuan membaca dan
mendalami ayat-ayat Allah itu adalah diperolehnya hasil yang di ridhai-Nya,
yaitu ilmu atau sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.
Ayat 2 : Allah menyebutkan bahwa di antara yang telah Ia ciptakan
adalah manusia, yang menunjukkan mulianya manusia itu dalam pandangan-Nya.
Allah menciptakan manusia itu dari ‘alaqah (zigot), yakni telur yang
sudah terbuahi sperma, yang sudah menempel di rahim ibu. Karena sudah menempel
itu, maka zigot dapat berkembangan menjadi manusia. Dengan demikian, asal-usul
manusia adalah sesuatu yang tidak ada artinya, tetapi kemudian ia menjadi
manusia yang berkasa. Allah berfirman :
Q.S. Ar-Rum: 20.
Ayat 3 : Allah meminta manusia membaca lagi, yang mengandung arti bahwa
membaca yang akan membuahkan ilmu dan iman itu perlu dilakukan berkali-kali,
minimal dual kali. Bila Al-Quran atau alam ini dibaca dan diselidiki
berkali-kali, maka manusia akan menemukan bahwa Allah itu pemurah, yaitu bahwa
Ia akan mencurahkan pengetahuan-Nya kepadanya dan akan memperkokoh imannya.
Ayat 4-5 : Diantara bentuk kepemurahan Allah adalah Ia mengajari
manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari di sisni maksudnya memberinya
kemampuan menggunakannya. Dengan kemampuan menggunakan alat tulis itu, manusia
bisa menuliskan temuannya sehingga dapat dibaca oleh orang lain dan generasi
berikutnya. Dengan dibaca oleh orang lain, maka ilmu itu dapat dikembangkan.
Dengan demikian manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum
diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembangan. Demikanlah besarnya
fungsi baca-tulis.[3]
Kelima
ayat diatas adalah Al-Qur’an yang pertama kali turun. Sebagaimana dijelaskkan
dalam hadits-hadits shahih bahwa malaikat turun kepada Nabi ketika beliau
beribadah di gua Hira’. Lalu, malaikat berkata, “Bacalah! Beliau menjawab ,
“Aku sama sekali tidak bisa membaca” Ibnu Kasir berkata “Yang pertama kali
turun dari Al-Qur’an adalah kelimat ayat ini dan kelimanya merupakan rahmat dan
nikmat pertama dari Allah kepada para hamba. Ayat-ayat tersebut mengingatkan
permulaan proses terjadinya umat manusia dari sel telur. Dan bahwa termasuk
kemurahan Allah dengan mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahui.
Allah memuliakan manusia dengan ilmu dan itulah kelebihan Adam atas para
malaikat.[4]
F. Syarah Hadist
Hadis
menjelaskan keindahan pengajaran yang diberikan Rasul kepada seorang anak yang
masih usia muda belia atau usia anak-anak, yaitu Ibn Abbas yang pada waktu itu
sekitar berusia 10 tahun. Pergaulan antar murid dan guru sangat akrab dan mesra, Nabi seorang guru memboncengkan muridnya
disebuah kendaraan. Di situlah terjadi proses pembelajaran atau kegiatan
belajar mengajar (KBM). Jadi proses kegiatan belajar ternyata dimana saja dapat
dilaksanakan sekali pun dalam sebuah kendaraan, tidak harus dalam kelas saja.
Nabi seorang guru yang penuh kasih sayang senang memanggil muridnya dengan
ungkapan yang dicintai muridnya :
يَا
غًلَامً “ Wahai anak ku”
Sebelum
Rasul menyampaikan materi pengajaran diberitahukan kepada muridnya agar siap
menerima pelajaran dengan ungkapan Beliau اِنِّي
اُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ ”Sesungguhnya aku akan mengajar beberapa
kalimat kepadamu.”
Kesiapan
murid menerima pelajaran syarat mutlak tercapainya suatu pengajaran. Oleh
karena itu, guru harus mampu menenangkan murid pada saat bercanda atau suara
gaduh yang mengganggu kesiapan belajar mengajar. Jika kedua belah pihak tidak
ada kesiapan, tentu materi pengajaran yang disampaikan kepada nyasia-sia, tidak
akan behasil mengantar anak didik kepada tujuan yang ingin dicapai. Materi
peajaran yang disampaikan menggunakan kalimat universal yang menyangkut segala
permasalahan, mulai dari ketaatan dalam beragama, akidah, dan beriman kepada
qadha qadar.
Setelah murid
siap menerima pejaran baru dimulai pengajaran itu yaitu :
اِحْفَظِ اللهَ
يَحْفَظْكَ
Peliharalah
perintah Allah niscaya Allah akan memelihara kamu”.
Maknanya,
peliharalah segala perintah Allah untuk dilaksanaan dan peliharalah segala
larangan Allah untuk dijauhi yaitu dengan selalu takwa kepada-Nya dimana saja
berada. Kalau seseorang sudah dapat memelihara agamanya dengan baik maka Allah
pasti memeliharanya dari segala bencana dan dari sesuatu yang tidak diinginkan.
Perintah memelihara segala perintah dan segala larangan diulangi dua kali untuk memperkuat perintah, perintah kedua
dengan balasan yang berbeda yakni Allah
di hadapanmu atau Allah bersamamu. Menurut Al-Thibiy dalam kitab tuhfadz
al-ahwadziy :makna memelihara Allah adalah memelihara hak Allah dan mencari
ridha-Nya sehngga Allah di hadapanmu. Artinya Allah memelihara kamu dari segala
yang tidak diinginkan baik urusan duniawi maupun ukhrawi.
Selanjutnya,
Rasulullah juga memberikan bimbingan agar senantiasa minta sesuatu hanya kepada
Allah dan minta pertolongan hanya kepada Allah.
اِذَا
سَاَلْتَ فَسْاَلِ الله, وَاِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ
"Jika kamu
minta (berdoa), mintalah kepada Allah dan jika kamu minta pertolongan, mintalah
kepada Allah.”
Hadis ini perintah berdoa atau
bermohon kepada Allah sama dengan QS. Al-Mu’min (40) : 60 :
tA$s%ur ãNà6/u þÎTqãã÷$# ó=ÉftGór& ö/ä3s9
Dan
tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Dan
sebagaimana pengakuan manusia setiap shalat QS. Al-Fatihah (1): 5:
x$Î) ßç7÷ètR y$Î)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ
"Hanya kepada
Engkaulah yang kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan".
Hadis
dan ayat di atas mendidik manusia agar mengesakan Allah dalam berdoa. Tentunya
dalam hal-hal yang tidak ada kemampuan selain Dia seperti masalah rezeki,
penyembuhan, pengampunan, dan kemenangan. Ada pun dalam masalah yang berlaku di
masyarakat seperti pengobatan, bisnis, dan pinjam-meminjam tidak mengapa tidak
ada larangan saling minta pertolongan dan saling membantu.
Kemudian
beliau menegaskan bahwa segala yang terjadi ini sesuai dengan keputusan (qada)
dan ketentuan-Nya (qadar). Qada adalah segala keputusan Allah terhadap makhluk
sejak zaman azali (zaman sebelum menciptakan alam). Sedang qadar adalah
ketentuan sesuatu pada makhluk sesuai dengan qada. Tidak ada sesuatu yang
terjadi di dunia ini selain telah diputuskan Allah sejak zaman azali sekalipun
manusia, telah berusaha semaksimal mungkin untuk member manfaat atau menghindar
darimu darat.
رُفِعَتِ
اْلاَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“ Pena telah terangkat dan
tulisan-tulisan pada buku catatan telah kering.”
Segala
keputusan Allah (qada) tidaklah dapat dihapus atau diganti, kecuali
dikehendaki-Nya. Pena terangkat, maka nanya jika tidak ada qada pada sesuatu
maka tidak akan terjadi apa-apa. Sedangkan telah kering segala lembaran,
maknanya sesuatu yang telah diputuskan Allah dengan qada-Nya sudah kering tidak
akan dapat dihapus lagi kecuali dengan kehendak-Nya. Al-Mubarak furiy dalam
kitab Tuhfadz al-Ahwadziy Syarah Al-Turmudzi menjelaskan, segala ketetapan qadha
dan takdir telah ditulis di bawah al-mahfudh dan tidak tertulis sesuatu yang
lain setelah kevakumannya . ungkapan terangkatnya pena dan keringnya lembaran
untuk menunjuk telah didahului qada dan qadar, diserupkan dengan pengosongan
penulis pada saksi penulisnnya.
Qada
dan qadar adalah rahasia Allah, manusia tidak mungkin mengetahuinya sebelum
terjadi. Tetapi manusia diwajibkan menentukan nasibnya sendiri dengan segala
kemampuannya berusaha dan berikhtiar. oleh karena itu, percaya pada qada qadar
jangan menghalangi usaha dan ikhtiyarnya.
Hadis di atas member pelajaran
keimanan kepada Allah SWT dan konsistensi dalam beragama. Dalam pendidikan
islam factor keimanan sangat penting ditanamkan kepada anak didik, misalnya
mengajarkan bahwa Allah maha melihat, Maha Mengawasi Makhluk-Nya dimana saja
berada, tidak ada seorang makhluk yang terlepas dari pengawasan Tuhan dan Allah
maha penolong dan mencukupi segala yang dibutuhkan manusia dan sebagainya.
Demikian juga, seseorang dididik meyakini segala yang terjadi baik dan buruk
adalah sudah dikehendaki Tuhan. Pendidikan keimanan mendapat perhatian dari
seluruh pakar pendidik dan ahli didik. Rasulullah SAW sangat memperhatinkan
pendidikan anak didik sejak lahir dari kandungan ibunya disunahkan azan di
telinga kanan dan ikamah di telinga kiri sebagaimana yang beliau lakukan
terhadap cucunya Hasan Husain. Demikian juga beliau bersabda dalam salah satu
hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari IbnAbbas :
اِفْتَحُوْا
عَلَى صِبْيَانِكُمْ اَوَّلَ كَلِمَةٍ بِلَااِلَهَ اِلاَّ الله
“Bukalah
pertama kalimat untuk mendidik bayi-bayimu dengan (kalimat tauhid) tiada Tuhan
selain Allah.”
Para
sarjana pendidikan islam sepakat bahwa pendidikan keimanan merupakan materi
pendidikan vital terhadap anak didik dalam membentuk moral yang baik, sehingga
kehidupan anak mempunyai pedoman hidup yang menentramkan dan tidak mudah
tergoyah oleh berbagai pengaruh yang ada di sekitarnya. Materi pendidikan
keimanan ini mempunyai nama lain banyak diantaranya :ilmu tauhid, ilmu kalam,
akidah, dan teologi. Para pakar pendidikan memberikan komentar yang menunjuk
betapa pentingnya materi pendidikan keimanan ini. Ibn Khaldun dalam
mukadimahnya menyatakan bahwa pengajaran Al-Qur’an adalah salah satu syiar
agama yang berpengaruh dalam proses pemantapan akidah dan meresapnya keimanan.
Para pendidik barat juga sangat memperhatikan pendidikan keimanan dalam rangka
membebaskan masyarakat dari pengaruh ateisme dan kejahatan. Misalnya Destoy
vesky, seorang cerpenis di dunia barat
menyatakan : “Manusia akan dirasuki setan jika ia meninggalkan Tuhan.” Volta
taire salah seorang sastrawan kenamaan perancis berkata sambil mengejek kaum
ateis, materialis, dan skeptic :mengapa kalian meragukan adanya Tuhan? Jikalau
tidak ada Tuhan, tentu istriku menghianatiku dan mencuri hartaku.” Demikian
juga seorang filsuf Kant menyatakan bahwa “moralitas tidak akan terwujud tanpa
tiga keimanan yaitu :beriman adanya Tuhan, beriman kekal nya roh, dan adanya
hari perhitungan amal sesudah mati”. Semua ahli didik sanga tmemperhatikan
pendidikan keimanan dan akidah sebagai landasan sebagai aspek pendidikan lain.[5]
G.
Kesimpulan.
a.
Surat Al-Baqarah 30-31
1. Allah
telah menetapkan Nabi Adam menjadi khalifah di bumi. Allah telah mengaruniakan
kepada manusia (yaitu Adam dan keturunannya) kekuatan dan akal dan daya pikir
yang memungkinkannya mengembangkan ilmu pengetahuannya untuk menyelediki dan
memanfaatkan segala yang tersedia di bumi ini.
2. Apabila
seseorang belum mempunyai pengetahuan tentang suatu masalah, hendaklah ia
mempelajarinya dari yang sudah mengetahuinya. Demikian pula sebaliknya, apabila
mempunyai ilmu, hendaklah ia mengajarkannya kepada orang lain dengan rendah
hati, tulus, ikhlas dan penuh rasa kasih sayang.
b. Surat
Al-Alaq ayat 1-5
1. Umat
manusia, apalagi umat Islam, harus mengembangkan kemampuan baca-tulis untuk
mendalami seluruh ayat Allah baik qauliyah maupun qauniyah.
2. Membaca
dan mendalami ayat-ayat Allah harus karena Dia dengan meminta bantuannya,
supaya ilmu yang dihasilkan bermanfaat bagi manusia.
3. Membaca
atau meneliti ayat-ayat itu harus dilakukan berkali-kali, artinya secara terus
menerus, supaya terus menerus pula meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan.
4. Orang
–orang yang berilmu pengetahuan pantas dimuliakan.
c. Hadist.
1. Perlu
ada interaksi dan komunikasi yang hangat antara murid dan guru baik secara lahir maupun batin, serta adanya
kesiapan kedua belah pihak dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan
pendidikan akan tercapai dengan mudah.
2. Materi
pelajaran akidah dan tauhid merupakan materi pokok dalam isloam hendaknya
diberikan sejak awal dan sejak kecil agar dapat memelihara agama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian
Agama RI. Al-Qur’an & Tafsirnya Juz 1-3 Jilid 1. (Jakarta : Widya
Cahaya. 2015)
Kementrian
Agama RI. Al-Qur’an & Tafsirnya
Juz 28-30 Jilid 10. (Jakarta : Widya
Cahaya. 2011)
Majid khon., Abdul Hadis
Tarbawi. (Jakarta : Kencana. 2012)
Muhammad Ali
Ash-Shabuni, Syaikh Shafwatut Tafasir Jilid 5. (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar. 2011)
Syaikhu, Ach “Sejarah Pendidikan Islam :
Telaah Kritis Dinamika Pendidikan Islam ”. Jurnal Falasifa. Vol. 2 No. 2, 2
September 2011, 119.
[1] Ach. Syaikhu, “Sejarah
Pendidikan Islam : Telaah Kritis Dinamika Pendidikan Islam ”. Jurnal Falasifa. Vol.
2 No. 2, 2 September 2011, 119.
[2] Kementrian Agama
RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2015), Jilid I Juz
1-3, hlm. 76-79
[3] Kementrian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya Juz 28-30 Jilid
10, (Jakarta : Widya Cahaya, 2011), Hlm719-721.
[4] Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir Jilid 5,
(Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 2011), Hlm769
Komentar
Posting Komentar