Studi Kasus: Permasalahan yang Dialami Oleh Peserta Didik MI/SD


1.      PERMASALAHAN YANG DIALAMI OLEH PESERTA DIDIK MI/SD
Problematika yang dialami peserta didik di MI yaitu malas dalam belajar dan sulit untuk memahami pelajaran yang berkaitan dengan perhitungan (Matematika).

2.      LAPORAN STUDI KASUS
a.      Identitas diri konseli
Nama                                 : Alya Putri Nurmala
Tempat Tanggal Lahir       : Sragen, 5 Desember 2007
Umur                                 : 10 Tahun
Kelas                                 : 5
Sekolah                             : MI Muhammadiyah Sidoharjo
Hobi                                  : Memasak
Cita-Cita                           : Koki dan Dokter

b.      Karakteristik diri konseli
Alya merupakan anak yang ceria, mudah bergaul dan pemberani. Hal tersebut dapat diamati dari perilakunya kepada teman-temannya, Alya cukup menyenangkan dan selalu menyapa teman-temannya, berbeda dengan teman-teman sekelasnya yang hanya mau berbaur dengan teman dekatnya. Alya termasuk anak yang pandai dalam berbaur dengan seluruh teman-temannya termasuk yang tidak dekat dengannya.
Kakak Alya mengatakan, bahwa entah mengapa adiknya memiliki kepribadian yang mudah disenangi oleh orang-orang sekitarnya termasuk tetangga dirumah, kakak kelas, adik kelas, dan teman sebaya. Misalnya, teman konseli pernah memberikan buah stroberry kepadanya padahal teman-teman Alya yang lain tidak diberi.
Alya juga pandai berbicara dengan siapapun termasuk bicara didepan umum. Hal tersebut menandakan Alya memang pribadi yang mudah bergaul dengan sesama, sehingga banyak orang yang menyukainya karena kepribadiannya yang supel dan hangat.

c.       Identifikasi masalah
Alya memiliki masalah dalam belajarnya (Learning Disorder). Pertama, Alya sulit diarahkan untuk belajar. Misalnya, ketika malam hari Alya selalu menghindari aktivitas belajar. Alya mengalihkan perhatiannya untuk menonton TV sampai lama, tidur dan bermain sendiri. Meskipun orang tuanya selalu menasehati, namun Alya tetap bersikeras enggan belajar. Suatu hari Ibunya Alya sudah tidak sabar lagi. Beliau memarahi Alya karena malas belajar padahal keesokan harinya Alya ada PR yang harus dikerjakan. Dapat diketahui, memang membutuhkan waktu lama untuk mengarahkan Alya belajar.
Kedua, Alya memiliki kesulitan dalam memahami pelajaran yang berhubungan dengan perhitungan seperti Matematika. Misalnya, saat belajar kelompok dengan teman-temannya Alya sering kebingungan menalar dan menghitung soal Matematika. Sehingga Alya tertinggal daripada teman-temannya. Alya memerlukan waktu lebih lama untuk mencerna pelajaran Matematika hingga dia mampu memahaminya. Hal ini dapat diamati ketika soal matematika dirubah angkanya namun intinya tetap sama, Alya masih sulit mengerjakannya.

d.      Gejala-gejala yang tampak
1)      Alya sering menunda waktu belajar dengan alasan besok tidak ada PR dengan mengatakan “Ngko sek to.. gak enek PR kok!” dan mengalihkannya dengan aktvitas lain seperti menonton TV, membaca dongeng, dan terkadang justru tidur.
2)      Alya kesulitan dalam mengerjakan soal Matematika yang sudah dirubah susunan pernyataannya meskipun pada intinya sama.
3)      Ketika kakaknya mengajari Alya mengerjakan soal Matematika, membutuhkan waktu yang lama untuk membuat Alya mengerti dan memahami soal tersebut.
4)      Alya sulit diarahkan orang tuanya untuk belajar, hingga sering membuat marah orang tuanya.
5)      Alya sering lupa cara-cara yang sudah diajarkan untuk menyelesaikan soal Matematika

e.       Latar belakang penyebab timbulnya masalah
Permasalahan gangguan belajar (Learning Disability) seperti yang dialami Alya, sering dialami anak-anak seusianya. Gangguan malas belajar yang dialami Alya dapat disebabkan beberapa hal, di antaranya sebagai berikut:
1)       Tidak fokusnya perhatian anak terhadap satu tujuan.  Siswa mengalami kesulitan dalam belajar karena siswa belajar tanpa mengetahui untuk apa dan apa tujuan yang hendak dicapai. Akibatnya, siswa tidak mengetahui bahan dan materi apa yang harus dipelajari, cara yang harus dipergunakan, alat-alat yang perlu disediakan, dan cara mengetahui hasil pencapaian belajarnya. Contohnya, ketika diarahkan belajar Alya malah sibuk dengan aktivitas lain seperti menonton TV atau membaca buku dongeng dengan alasan jika besok tidak ada PR/ tugas. Sehingga, fokus perhatiannya terganggu dari hari ke hari.
2)      Tidak memiliki motivasi yang murni atau tidak termotivasi untuk belajar. Akibatnya, hanya sedikit makna yang diperoleh pada pencapaian hasil belajar. Contohnya, Alya memandang pelajaran sebagai pengetahuan yang hanya perlu di hafal saja. Jadi, motivasi Alya terbatas untuk menghafal dan memenuhi nilai di sekolah meskipun orang tuanya sering menasehatinya.
3)      Menafsirkan belajar semata-mata hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Seperti yang dialami Alya (konseli), Alya ketika disuruh belajar oleh orang tuanya mengatakan “Nanti saja, kan ngga ada Pr” dari perkataannya tersebut dapat ditelaah apabila Alya memandang pelajaran hanya sebatas pengetahuan yang bisa dihafalkan dengan sebentar. Namun, kenyataannya esensi dari pelajaran bukan tentang menghafal saja, melainkan memahami dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun gangguan dalam memahami perhitungan (Matematika) seperti yang di alami Alya disebut Diskalkulia, yakni gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan kesulitan kalkulasi (calculating). Anak tersebut akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Biasanya ditandai dengan kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
Beberapa kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa yang berkesulitan dalam belajar matematika menurut Lerner adalah kekurangan pemahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak terbaca. Sedangkan kesalahan siswa dalam mengerjakan matematika merupakan kesalahan dasar, kesalahan dalam pemahaman soal, kesalahan dalam pegambilan keputusan, dan kesalahan dalam hal perhitungan.
Gangguan Diskalkulia dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1)      Kelemahan pada proses penglihatan atau visual.
2)      Kesulitan dalam proses mengurut informasi.
3)      Matematika sangat membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut dan mengikuti pola-pola tertentu, sehingga bila ada kesulitan dalam mengurut informasi, dan hal ini sangat berkaitan dengan proses mengingat, maka anak akan kesulitan untuk mengikuti dan mengikuti prosedur untuk menyelesaikan persoalan matematis.
4)      Fobia matematika.
Adanya keyakinan dalam diri anak yang bersangkutan bahwa dia tidak bisa matematika akan membuat dia punya sikap yang negatif tentang matematika. Fobia ini mungkin akibat dari trauma dengan pelajaran matematika, sehingga dia kehilangan kepercayaan dirinya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan matematika.

f.       Alternatif-alternatif bantuan yang dapat menolong terselesaikannya masalah konseli
Alternatif-alternatif bantuan yang dapat menolong terselesaikannya masalah Alya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1)      Motivasi orang tua di rumah
Alya yang kesehariannya terkenal sebagai anak yang periang dan mudah bergaul ternyata juga memiliki kesulitan untuk membiasakan belajar secara rutin dan belajar Matematika. Alternatif  bantuan yang dapat menolong terselesaikannya masalah yaitu belajar sambil bermain, misalnya, ketika orang tua konseli mengarahkan belajar. Orang tua dapat menemani anak belajar dengan diselingi permainan yang membangun minat belajar anak seperti permainan tebak-tebakan tentang materi yang sedang dipelajari. Dorong anak untuk melatih ingatan secara kreatif, misalnya menyanyikan angka-angka. Tentunya, permainan hendaknya dibuat tidak membosankan. Bimbingan orang-orang terdekat terutama orang tua sangat diperlukan dalam pemulihan gangguan yang diderita konseli.
Belajar sambil bermain juga cukup efektif bila diterapkan dirumah. Namun, orang tua harus bekerjasama dengan guru dalam rangka memulihkan konseli. Harus ada komunikasi yang berlanjut antara kedua belah pihak, supaya pemulihan konseli berlangsung dengan cepat.
2)      Puji secara wajar untuk keberhasilan dan usaha anak
Gangguan belajar yang dialami konseli hendaknya tidak mengurungkan minat orang tua untuk memberikan pujian dan semangat kepada anak. Meskipun anak kurang menonjol dalam pelajaran tertentu seperti matematika yang menyebabkan anak malas belajar. Sebagai orang tua, sebaiknya selalu mengapresiasi kemampuan anak. Apabila dukungan orang tua selalu diberikan kepada anak, secara perlahan gangguan belajarnya akan berkurang
3)      Lakukan proses asosiasi untuk konsep yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari.
Asosiasi merupakan proses mengolah informasi dari suatu pelajaran. untuk menarik minat belajar konseli, orangtua dan guru bisa mengaitkan materi yang dipelajari anak dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, apabila anak ada tugas/PR soal matematika tentang membagi, menambah atau mengurangi. Orang tua maupun guru bisa mencontohkannya dengan benda-benda yang sering dijumpai konseli dalam kehidupan sehari-hari seperti menggunakan penggaris, buku, pensil, dan lain sebagainya.
Sehingga apabila pembelajaran anak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, malas belajar anak dapat diminimalisir. Sebab, belajar akan semakin menarik dan menggugah minat anak apabila diiringi dengan contoh konkrit sehari-hari. Belajar tidak hanya stagnan sekedar transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan transfer of values.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Nasikh dan Mansukh

Analisis Kasus Dengan Teori Erikson

Gerak Lurus